Akibat Pembalasan Brutal, Bocah 7 Tahun Tewas Dibunuh Pasukan Myanmar di Pangkuan Ayahnya

26 Maret 2021, 16:00 WIB
Akibat Pembalasan Brutal, Bocah 7 Tahun Tewas Dibunuh Pasukan Myanmar di Pangkuan Ayahnya /Reuters/Stringer

PR PANGANDARAN – Seorang gadis berusia 7 tahun telah menjadi korban tewas unjuk rasa di Myanmar.

Bocah 7 tahun ini ditembak mati oleh pasukan militer Myanmar di rumahnya.

Gadis itu terbunuh di rumahnya di Mandalay ketika tentara menembak ayahnya tetapi malah mengenai bocah nahas itu.

Baca Juga: Ayu Ting Ting Pasang Target Seserahan Rp5 Miliar, Ivan Gunawan Nawar: Gimana Kalau Rp1 M?

Gadis itu dikatakan sebagai korban termuda dari pembalasan brutal militer Myanmar.

Dilansir PikiranRakyat-Pangandaran.com dari Independent pada 26 Maret 2021, Pasukan keamanan bertanya kepada ayah korban apakah semua anggota keluarga ada di ruangan itu.

Seorang tentara kemudian menuduhnya berbohong dan menembaknya, kata saudara perempuannya kepada outlet berita lokal Myanmar Now.

Baca Juga: Jefri Nichol Pamer Foto Seksi Kenakan Dress, Wulan Guritno Kaget hingga Netizen Geli

Peluru mengenai anak berusia tujuh tahun yang duduk di pangkuan ayahnya.

Atas kejadian tersebut, aktivis di Myanmar telah menyerukan mogok kerja diam-diam pada hari Rabu di tengah kemarahan atas pembunuhan seorang gadis berusia tujuh tahun itu.

Pengunjuk rasa menyerukan mogok kerja dengan cara menutup bisnis, dan berdiam diri tinggal di rumah.

Baca Juga: Cek Fakta: Majelis Hakim Dikabarkan Putuskan HRS untuk Dihukum Mati, Simak Faktanya

“Tidak ada jalan keluar, tidak ada toko, tidak ada pekerjaan. Semua ditutup. Hanya untuk satu hari, ”kata Nobel Aung, seorang ilustrator dan aktivis.

Myanmar mengalami kekacauan setelah kudeta menggulingkan pemimpin sipil Aung San Suu Kyi dari kekuasaan pada 1 Februari, memicu protes besar-besaran di seluruh negeri.

Militer dituduh melakukan kekerasan terhadap para demonstran pro-demokrasi.

Baca Juga: Puluhan Orang Tua Muslim Berteriak, Desak Pecat Guru yang Nekat Tampilkan Karikatur Nabi Muhammad di Kelas

Membela tanggapan militer, juru bicara junta Zaw Min Tun mengatakan pasukan keamanan berurusan dengan "pemberontak yang memegang senjata" dan lima petugas polisi dan empat tentara telah tewas dalam kekerasan itu.

“Kami harus menindak anarki. Negara mana di dunia yang menerima anarki? AFP mengutip ucapannya.

Mengekspresikan kesedihan atas kematian 164 pengunjuk rasa yang tewas dalam kekerasan itu, dia mengatakan "mereka juga warga kam,”.

Baca Juga: Lama Tak Terdengar, Ade Londok Jatuh dari Tangga, Kini Terbaring Sakit dan Kondisinya Makin Memburuk

Namun, Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik (AAPP) kelompok nirlaba membantah angka tersebut, dengan mengatakan bahwa setidaknya 261 orang telah tewas dalam aksi melawan pengunjuk rasa pro-demokrasi oleh pasukan keamanan.

Militer telah menghadapi kecaman dan sanksi internasional atas kudeta yang menggulingkan pemerintah terpilih dan penindasan protes yang mengikutinya.***

Editor: Ayunda Lintang Pratiwi

Sumber: independent

Tags

Terkini

Terpopuler