Perbaiki Hubungan, Iran Sambut Baik Mediasi Irak dengan Negara-negara Teluk Arab

20 April 2021, 21:20 WIB
Iran Sambut Baik Mediasi Iran dengan Negara-negara Teluk Arab /Reuters

PR PANGANDARAN - Iran mengatakan pihaknya sambut baik mediasi Irak untuk membantu memperbaiki hubungannya dengan negara-negara Teluk Arab, menyusul laporan bahwa para pejabat Saudi dan Iran telah mengadakan diskusi di Irak.

Pernyataan duta besar Iran untuk Baghdad itu muncul sehari setelah kementerian luar negeri Iran mengatakan bahwa Teheran selalu sambut baik dialog dengan saingan beratnya, Arab Saudi, tanpa mengonfirmasi bahwa pembicaraan telah diadakan.

Kedua negara (Iran dan Arab Saudi) memutuskan hubungan diplomatik pada tahun 2016, serta telah terlibat dalam beberapa perang proksi di wilayah tersebut saat mereka bersaing untuk mendapatkan pengaruh.

Baca Juga: Selamatkan Nyawa Pemiliknya, Anjing Pitbull Ini Terima Penghargaan dari Departemen Pemadam Kebakaran

"Republik Islam (Iran) mendukung mediasi Baghdad untuk membawa Teheran lebih dekat ke negara-negara yang kita hadapi tantangannya atau yang hubungannya telah mendingin, dan pejabat Irak telah diberitahu tentang hal ini," Iraj Masjedi, duta besar Iran untuk Irak, seperti dikutip PikiranRakyat-Pangandaran.com dari Reuters.

Ditanya tentang kemajuan pembicaraan, Masjedi mengatakan: "Kami belum mencapai hasil yang jelas dan kemajuan yang signifikan. Mari kita tunggu pekerjaannya maju dan kita bisa lihat hasil praktisnya."

Seorang pejabat senior Iran dan dua sumber regional mengatakan kepada Reuters, para pejabat Saudi dan Iran mengadakan diskusi di Irak dalam upaya untuk meredakan ketegangan ketika Washington berupaya menghidupkan kembali pakta nuklir 2015 dengan Teheran dan mengakhiri perang Yaman.

Baca Juga: Disebut 'The Next Ashanty', Kini Nathalie Holscher Justru Curhat Sudah Tak Kuat Ingin Keluar dari Rumah Sule

Otoritas Saudi belum menanggapi permintaan Reuters untuk mengomentari pembicaraan tersebut.

Kekuatan Sunni Arab Saudi telah menentang perjanjian nuklir internasional dengan Syiah Iran karena tidak menangani program rudal Teheran dan perilaku regional.

Ini telah menyerukan kesepakatan yang lebih kuat kali ini pada pembicaraan di Wina yang bertujuan untuk membawa Amerika Serikat dan Iran kembali mematuhi pakta tersebut, yang kemudian Presiden AS Donald Trump berhenti pada 2018.

Baca Juga: Mengenang KH Zainudin MZ, Ini 10 Daftar Kutipan Ceramahnya yang Menggugah Iman dan Takwa

Teheran telah melanggar beberapa pembatasan nuklir yang ditetapkan oleh kesepakatan tersebut setelah itu. Trump memberlakukan kembali sanksi.

Pemerintahan Presiden Joe Biden juga mendesak gencatan senjata di Yaman, yang bergulat dengan apa yang digambarkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa sebagai krisis kemanusiaan terbesar di dunia.***

Editor: Nur Annisa

Sumber: REUTERS

Tags

Terkini

Terpopuler