Dokter Arab Saudi Pisahkan Bayi Yaman dengan Kembarannya Lewat Operasi Bedah

1 Agustus 2021, 11:50 WIB
Sekelompok dokter Arab Saudi sukses memisahkan bayi Yaman dengan kembarannya lewat operasi bedah. /Pixabay/Sasin Tipchay/

PR PANGANDARAN - Sekelompok dokter di Arab Saudi telah sukses memisahkan bayi Yaman dari kembaran yang parasit, sekaligus menandai operasi bedah ke-50 mereka yang sukses pada kembar siam.

Diketahui, bayi Yaman itu bernama Aisha Ahmed Saeed yang lahir sepenuhnya berkembang, tetapi dengan area panggul yang diperpanjang dan sepasang ekstremitas bawah ekstra, demikian Arab News melaporkan.

Adapun prosedur operasi bedah untuk memisahkan bayi Yaman dengan kembaran itu memakan waktu tujuh jam dan 45 menit, bahkan melibatkan tim yang terdiri dari 25 staf medis termasuk dokter, teknisi dan perawat, kata Pusat Bantuan dan Bantuan Kemanusiaan Raja Salman yang dikelola pemerintah.

Baca Juga: Mengenal Depresi, Lengkap dengan Ciri dan Cara Penanganannya

"Operasi berjalan sangat baik... koordinasi antara tim sangat baik," kata Dr. Abdullah al-Rabeeah, kepala tim, kepada Arab News.

"Kami berhasil membangunkan bayinya dan dia membuka matanya ... dia bahkan berinteraksi dengan ibunya tepat di pintu keluar ruang operasi.

"Kami senang, kami merayakan kesuksesan ke-50 dan kami akan terus membantu mereka yang membutuhkan."

Baca Juga: Rafathar Positif Covid-19, Raffi Ahmad: Mbak Lala Sayang sama Rafathar, Nemenin Pakai APD

Sebagai informasi, kembar parasit terjadi ketika embrio kembar mulai berkembang pada ibu, tetapi akhirnya tidak terpisah.

Ini menghasilkan kembaran semi-terbentuk yang disatukan ke tubuh kembaran yang dikembangkan.

Saudi Press Agency resmi mengatakan Aisha berasal dari provinsi Al-Mahra di Yaman yang dilanda perang, di mana koalisi militer yang dipimpin Saudi mendukung pemerintah melawan pemberontak Huthi yang didukung Iran.

Baca Juga: Lirik Lagu Double Take - Dhruv yang Hits di TikTok, Lengkap dengan Terjemahan Indonesia

Yaman telah terperosok dalam perang yang menghancurkan selama lebih dari enam tahun yang telah meninggalkannya di ambang kelaparan dan dengan sistem perawatan kesehatan yang hancur.

Pertempuran itu telah menewaskan puluhan ribu orang dan membuat sekitar 80 persen warga Yaman bergantung pada bantuan, dalam apa yang disebut PBB sebagai krisis kemanusiaan terburuk di dunia.***

Editor: Khairunnisa Fauzatul A

Sumber: NDTV

Tags

Terkini

Terpopuler