Ilmuwan Sebut Covid-19 Bisa Diobati dengan Ivermectin Harga di Bawah Rp15 Ribu

18 Agustus 2021, 16:45 WIB
Ilustrasi obat Covid-19. Ilmuwan sebut Ivermectin bisa obati Covid-19 yang lebih murah. /mmmCCC/Pixabay

PR PANGANDARAN – Ilmuwan menyebut bahwa Covid-19 dapat diobati dengan harga yang murah, yakni Rp.15 ribu.

Ivermectin, obat yang digunakan untuk melawan parasit di negara-negara dunia ketiga, dapat membantu mengurangi lamanya infeksi bagi orang yang tertular virus corona kurang dari Rp15 ribu per hari, menurut penelitian terbaru oleh Sheba Medical Center di Tel Hashomer.

Prof. Eli Schwartz, pendiri Pusat Pengobatan Perjalanan dan Penyakit Tropis di Sheba, melakukan uji coba secara acak, terkontrol, tersamar ganda dari 15 Mei 2020.

Baca Juga: Kenali Gejala LALILULELO Usai Sembuh dari Covid-19, Bisa Linglung hingga Banyak Lupa

Hingga akhir Januari 2021 untuk mengevaluasi efektivitas ivermectin dalam mengurangi pelepasan virus di antara pasien yang tidak dirawat di rumah sakit dengan Covid-19 ringan hingga sedang.

Ivermectin telah disetujui oleh US Food and Drug Administration sejak 1987.

Penemu obat dianugerahi Hadiah Nobel 2015 dalam bidang kedokteran untuk pengobatan onchocerciasis, penyakit yang disebabkan oleh infeksi cacing gelang parasit.

Baca Juga: Naik Drastis! Helmy Yahya Sebut Orang Kaya Baru di Indonesia Meningkat Selama Pandemi Covid-19

Selama bertahun-tahun, telah digunakan untuk indikasi lain, termasuk kudis dan kutu kepala.

Selain itu, dalam dekade terakhir, beberapa studi klinis mulai menunjukkan aktivitas antivirusnya terhadap virus mulai dari HIV dan flu hingga Zika dan West Nile.

Obat ini juga sangat ekonomis. Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam American Journal of Therapeutics menunjukkan bahwa biaya ivermectin untuk perawatan lain di Bangladesh adalah sekitar Rp8 ribu hingga Rp25 ribu untuk lima hari.

Baca Juga: Badan Pengungsi PBB UNHCR Imbau Pencari Suaka Afghanistan Tak Dipaksa Pulang

Schwartz mengatakan di Israel biayanya sebesar Rp140 ribu per hari di Israel.

Dalam penelitian Schwartz, sekitar 89 sukarelawan yang memenuhi syarat berusia di atas 18 tahun yang didiagnosis dengan coronavirus dan tinggal di hotel Covid-19 yang dikelola pemerintah dibagi menjadi dua kelompok: 50% menerima ivermectin, dan 50% menerima plasebo, menurut berat badan mereka.

Mereka diberi pil selama tiga hari berturut-turut, satu jam sebelum makan.

Baca Juga: Tinggal 20 Tahun di Gua, Pertapa Serbia Ini Tahu Dunia Alami Pandemi hingga Ikut Vaksinasi Covid-19

Para sukarelawan diuji menggunakan tes PCR swab nasofaring standar dengan tujuan mengevaluasi apakah ada penurunan viral load pada hari keenam hari ketiga setelah penghentian pengobatan.

Hampir 72% sukarelawan yang diobati dengan ivermectin dinyatakan negatif virus pada hari keenam. Sebaliknya, hanya 50% dari mereka yang menerima plasebo dinyatakan negatif.

Penelitian ini melihat seberapa menular pasien, dan menemukan bahwa hanya 13% pasien ivermectin yang menular setelah enam hari, dibandingkan dengan 50% dari kelompok plasebo hampir empat kali lipat.

Baca Juga: Call of Duty: Vanguard Akan Dirilis dengan Usung Tema Perang Dunia

“Studi kami menunjukkan pertama dan terutama bahwa ivermectin memiliki aktivitas antivirus,” kata Schwartz.

“Ini juga menunjukkan bahwa hampir 100% kemungkinan seseorang tidak akan menular dalam empat hingga enam hari, yang dapat memperpendek waktu isolasi bagi orang-orang ini. Ini bisa memiliki dampak ekonomi dan sosial yang besar,” ujarnya.***

 

Editor: Imas Solihah

Sumber: jpost

Tags

Terkini

Terpopuler