Kabur ke Amerika, Ilmuwan Tiongkok Bongkar Fakta Mengejutkan Soal Covid-19 yang Ditutupi Pemerintah

13 Juli 2020, 13:18 WIB
Li Meng Ilmuwan Tiongkok yang kabur ke AS //*Fox News

PR PANGANDARAN - Ilmuwan Tiongkok, Li Meng Yan memutuskan melarikan diri ke Amerika Serikat dan menuding bahwa negaranya menutup-nutupi sejumlah fakta terkait Covid-19.

Dikutip PikiranRakyat-Pangandaran.com dari Fox News, spesialis virologi dan imunologi di Hongkong School of Public Health itu menyakini pemerintah Tiongkok tahu terkait Covid-19 jauh sebelum diungkap ke publik.

Lebih lanjut, Li juga mengatakan beberapa atasanya mengabaikan laporan penelitianya di awal pandemi yang dia percaya bisa menyelamatkan nyawa manusia.

Baca Juga: Kerap Bintangi Berbagai FTV, Begini Sosok Hana Hanifah yang Cantik dan Berbakat

Dia menambahkan bahwa mereka memiliki kewajiban untuk memberi tahu dunia, mengingat status mereka sebagai laboratorium rujukan Organisasi Kesehatan Dunia yang berspesialisasi dalam virus influenza dan pandemi, terutama ketika virus mulai menyebar pada awal tahun 2020.

Diketahui Li berangkat ke AS pada 28 April 2020 dengan menumpang sebuah pesawat Catchay Pasific. Dia telah merencanakan jauh-jaug hari pelariannya tersebut.

Atas pelariannya ini Yan percaya hidupnya dalam bahaya. Bahkan ia mungkin tidak akan pernah bisa kembali ke rumahnya dan hidup dengan normal lagi.

Baca Juga: Tommy Soeharto Dilengserkan oleh Partainya Sendiri, Ini Nama Ketua Umum Baru Partai Berkarya

"Alasan saya datang ke AS adalah karena saya menyampaikan pesan kebenaran Covid-19," katanya dilaporkan Fox News dari lokasi yang dirahasiakan.

Dia menambahkan bahwa jika dia mencoba menceritakan kisahnya di Tiongkok, dia "akan menghilang dan dibunuh."

Dia menambahkan bahwa jika mencoba menceritakan mengenai hal ini di Tiongkok, dia akan hilang dan dibunuh.

 Baca Juga: Artis Hana Hanifah Kepergok Bersama Pria di Kamar Hotel, Polrestabes Medan Bongkar Kedok Prostitusi

Sementara itu, Li mengaku bahwa dia adalah salah satu ilmuwan pertama di dunia yang mempelajari virus serupa SARS ini.

"Pemerintah China melarang para ahli di luar negeri, termasuk di Hong Kong, melakukan penelitian di China," katanya.

Salah satu teman, ilmuwan di Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit di Tiongkok, memberi tahu tentang kemungkinan penularan dari manusia ke manusia kepada Li pada 31 Desember, jauh sebelum Tiongkok atau WHO mengakuinya.

 Baca Juga: Bukti Baru Muncul, Polisi Sebut Almarhum Editor Metro Tv Dianiaya Sebelum Tewas

Kemudian Li melaporkan beberapa temuan awal ini ke bosnya. "Dia hanya mengangguk," tuturnya Lalu menyuruhnya untuk kembali bekerja.

Beberapa hari kemudian, tepatnya 9 Januari 2020, WHO mengeluarkan pernyataan.

"Menurut pihak berwenang China, virus tersebut dapat menyebabkan penyakit parah pada beberapa pasien dan tidak mudah menular di antara manusia. Ada informasi terbatas untuk menentukan risiko keseluruhan klaster yang dilaporkan ini," ujarnya.

Baca Juga: Rossa Curhat Pertemuan Terakhir dengan Almarhum Ayah Ivan Gunawan, Yoyo Ikut Berkomentar

Dia juga mengklaim asisten direktur laboratorium yang berafiliasi dengan WHO, Profesor Malik Peiris, tahu tetapi tidak melakukan apa-apa.

Peiris tidak menanggapi permintaan komentar. Situs web WHO mencantumkan Peiris sebagai "penasihat" pada Komite Darurat Peraturan Kesehatan Internasional WHO untuk Pneumonia karena Novel Coronavirus 2019-nCoV.

WHO dan Tiongkok sendiri membantah keras soal menutup-nutupi virus corona. WHO membantah bahwa Li, Poon atau Peiris pernah bekerja secara langsung untuk organisasi tersebut.

Baca Juga: Tak Hanya Paus Fransiskus, 350 Gereja Kirim Surat Kerisauan ke Erdogan atas Hagia Sophia Jadi Masjid

"Profesor Malik Peiris adalah pakar penyakit menular yang telah berada di misi WHO dan kelompok ahli seperti banyak orang terkemuka di bidangnya," kata juru bicara WHO Margaret Ann Harris lewat email.

"Itu tidak membuatnya menjadi anggota staf WHO, juga tidak mewakili WHO," penjelasnya kepada Fox News.

Editor: Ayunda Lintang Pratiwi

Sumber: Fox News

Tags

Terkini

Terpopuler