Inggris Segera Berlakukan Lockdown Kedua Gegara Covid-19, Ribuan Industri Bisnis Diambang Kematian

2 November 2020, 14:27 WIB
Ilustrasi bendera Inggris: Pemerintah Inggris putuskan untuk membayar warga yang jalani isolasi karena terinfeksi Covid-19, ini dilakukan setelah pemerintah didesak. //pexels/Element5 Digital

PR PANGANDARAN- Pandemi Covid-19 belum menemukan titik terang. Saat ini semua negara tengah beradaptasi, termasuk Inggris.

Tercatat dalam kurun waktu 17-30 Oktober Inggris telah mencatatkan sebanyak 254.737 kasus Covid-19, sehinga kemudian memutuskan untuk melakukan second lockdown.

Second lockdown yang dilakukan oleh Inggris tentu akan berdampak pada banyak sektor. Salah satu yang paling berpengaruh adalah sektor ekonomi.

Baca Juga: Belajar Filsafat Itu Mudah! Intip 3 Rekomendasi Buku yang Wajib Dibaca, Salah Satunya Karya 1996

Hal ini dikemukakan oleh ekonom terkemuka, Douglas McWilliams, pendiri Center for Economics and Business Research.

Sebagaimana yang berhasil dikutip PikiranRakyat-Pangandaran. dari Daily Mail bahwa penutupan wilayah (lockdown) ini akan merugikan Inggris sebesar £1,8 miliar per hari.

Pendapat serupa juga dijelaskan oleh Mark Littlewood. Ia menjelaskan bahwa dampak dari padnemi Covid-19 jauh lebih buruk daripada peristiwa pandemi Covid-19 itu sendiri.

Baca Juga: Kartu Prakerja Gelombang 11 Resmi Dibuka! Simak Syarat Untuk Insentif Rp2,5 Juta Cair Lebih Cepat

“Kami sekarang telah mencapai titik - dalam hal kesehatan dan kekayaan kami – di mana obatnya lebih buruk daripada penyakitnya,” terang Mark.

Dougalas McWilliams memperkirakan kesuraman ekonomi di Inggris akan bertahan hingga musim semi tahun depan.

Hal senada diungkapkan pula oleh Kepala Eksekutif Waterstones, James Daunt yang mengungkapkan kekhawatirannya di musim semi mendatang.

Baca Juga: Cek Fakta: Benarkah Produk Prancis Kini Telah Dikubur Secara Masal? Tinjau Kebenarannya

“Dalam jangka panjang, saya benar-benar merasa khawatir dengan High Street. Seperti apa High Street akan menjalani musim semi nanti,” ungkapnya.

Lebih lanjut, James Daunt mengungkapkan bahwa Waterstones membutuhkan lebih banyak toko-toko kecil untuk membentuk ekosistemnya.

“Kami benar-benar membutuhan pengecer kecil di sekitar kami dalam membentuk ekosistem,” lanjut James Daunt.

Baca Juga: KABAR GEMBIRA! Pendaftaran Kartu Prakerja Gelombang 11 Telah Dibuka Hari Ini, Daftar Sekarang Juga!

Lebih lanjut Diane Wehrle, dari Springboard menyatakan bahwa tindakan lockdown merupakan bencana besar bagi industri ritel.

“Sebagian besar konsumen cenderung memilih belanja secara online dan mungkin akan memiliki ketakutan untuk kembali ke toko fisik,” ungkap Diane.

Kemarahan serupa juga ditunjukkan oleh para pemimpin bisnis, ketika CEBR mengingatkan bahwa gelombang kedua covid-19 akan memangkas ekonomi dunia barat sebesar 5 hingga 10 persen setiap bulannya. Hal ini terjadi selama lockdown berlangsung.

Baca Juga: Amankah Mengoleskan Minyak Kayu Putih pada Masker agar Terhindar dari Corona? Simak Penjelasannya

Implikasi dari pemberlakuan second lockdown ini rupanya bukan hanya berpengaruh pada penutupan kegiatan pelaku usaha. Seperti penutupan bar,restoran, serta pemasok layanan seperti; tukang daging, toko bunga, dan pembersih.

Ratusan ribu pekerjaan dalam bahaya besar. Namun ini bukanlah satu-satunya ketakutan dari implementasi kebijakan lockdown. Sisi lain yang juga terdampak adalah masyarakat berusia di bawah 25 tahun.

Di Inggris sebanyak 30 hingga 50 persen masyarakat berusia di bawah 25 tahun. Artinya usia ini segera menghadapi pengangguran.

Baca Juga: Nagorno-Karabakh Kian Memanas, Fadli Zon Ungkap Peran Indonesia dalam Menyikapi Konflik

Sebagai akibatnya, kemungkinan besar akan berjalan beriringan dengan peningkatan masalah kesehatan mental.

Bukan hanya menimbulkan masalah kesehatan mental, melainkan juga peningkatan tunawisma, serta penyalahgunaan narkoba dan tingkat bunuh diri.***

 

Editor: Nur Annisa

Sumber: Daily Mail

Tags

Terkini

Terpopuler