Baca Juga: Polisi Malaysia Ikut Terlibat, Pelaku Pelecehan Lagu Indonesia Raya Justru Ditangkap di Cianjur
Sebagaimana telah diberitakan Pikiran Rakyat dengan judul "Studi Israel: Disinari Lampu LED UV, Hampir 100 Persen Persen Virus Corona Mati dalam 30 Detik", radiasi UV-B dan C tidak pernah benar-benar mencapai manusia secara alami karena sinar ini diserap oleh lapisan ozon Bumi.
Panjang gelombang ultraviolet ini sedang diperiksa oleh para peneliti Tel Aviv, mereka mengatakan sangat efektif dalam desinfeksi menggunakan bohlam LED.
“Kami tahu, misalnya, bahwa staf medis tidak punya waktu untuk mendesinfeksi secara manual, katakanlah, keyboard komputer dan permukaan lain di rumah sakit dan hasilnya adalah infeksi dan karantina,” kata Mamane.
"Sistem desinfeksi berdasarkan bohlam LED, bagaimanapun, dapat dipasang di sistem ventilasi dan AC, misalnya, dan mensterilkan udara yang dihisap dan kemudian dipancarkan ke dalam ruangan," ujarnya menjelaskan.
Baca Juga: Unik, Pernikahan Berkelompok Sesama Jenis Terungkap di Thailand
Dalam studi itu, tim peneliti berhasil membunuh virus menggunakan bohlam LED yang lebih murah dan lebih banyak tersedia yakni bohlam 285 nm vs 265 nm yang mengkonsumsi sedikit energi dan tidak mengandung merkuri seperti bohlam biasa.
Mamane mengatakan seiring berkembangnya ilmu pengetahuan, industri akan dapat membuat penyesuaian yang diperlukan dan memasang bohlam dalam sistem robotik, atau AC, sistem vakum dan air. Dengan demikian dapat secara efisien mendisinfeksi permukaan dan ruang yang besar.
Mengakhiri pernyataan, LED UV memiliki keunggulan karena bisa dihidupkan dan dimatikan dalam sekejap.***(Julkifli Sinuhaji/Pikiran-rakyat.com)
Artikel Rekomendasi