Di sisi lain, matahari berputar langsung di atas Ka'bah dua kali setiap tahun, sering kali pada bulan Mei dan Juli. Meski kurang terlihat, saat ini terjadi, Ka'bah tidak memiliki bayangan.
Abu Zahira menambahkan bahwa fenomena langit ini merupakan cara sederhana yang digunakan untuk mencari arah kiblat (arah menuju Ka'bah) dari beberapa wilayah di dunia.
Baca Juga: Komentari Pernikahan Tanpa Restu Orang Tua, Atalarik Syah: Itu Pengecut Berat
Metode ini digunakan secara tradisional oleh umat islam Indonesia yang letak geografisnya jauh dari Mekah. Namun, dibandingkan dengan bulan, orang Indonesia cenderung meluruskan arah kiblat atau rashdul qiblah saat matahari di atas Ka'bah, yaitu pada Mei dan Juli seperti yang disebutkan sebelumnya.
Karena fenomena ini membantu umat Islam dari seluruh penjuru dunia menemukan arah kiblat, Abu Zahira mengatakan bahwa keakuratan pengukuran ini sebanding dengan aplikasi ponsel pintar. Ia pun menjelaskan ketinggian dan posisi bulan saat itu.
“Bulan akan muncul di atas Ka'bah setelah tengah malam di Arab Saudi pada ketinggian 89,57,46 derajat,” ujarnya. Ia pun melanjutkan, “dan bulan akan 99,9 persen terang sepenuhnya dalam posisi yang berjarak 381,125 kilometer dari bumi.”***
Artikel Rekomendasi