Tidak hanya itu, Indonesia juga menyambut baik target sejumlah negara menuju net zero emission tahun 2050. Namun, agar kredibel, komitmen tersebut harus dijalankan berdasarkan pemenuhan komitmen NDC tahun 2030.
"Negara berkembang akan melakukan ambisi serupa jika komitmen negara maju kredibel disertai dukungan riil. Dukungan dan pemenuhan komitmen negara-negara maju sangat diperlukan," terangnya.
Baca Juga: Tampil untuk Promosi Comeback, Gaya Pakaian ITZY Dipertanyakan Penggemar
Jokowi pun mengatakan untuk mencapai target persetujuan Paris dan agenda bersama berikutnya, memandang bahwa kemitraan global harus diperkuat. Kesepahaman dan strategi perlu dibangun di dalam mencapai net zero emission dan menuju UNFCCC COP-26 Glasgow.
Jokowi Menegaskan, Indonesia tengah mempercepat pilot percontohan net zero emission, yakni membangun Indonesia Green Industrial Park seluas 12.500 hektare di Kalimantan Utara yang akan menjadi terbesar di dunia.
Dia menjelaskan, pemerintah juga sedang merehabilitasi hutan hutan mangrove seluas 620 ribu hektare sampai 2024, terluas di dunia dengan daya serap karbon mencapai empat kali lipat dibanding hutan tropis.
“Indonesia terbuka bagi investasi dan transfer teknologi, termasuk investasi untuk transisi energi," jelas Jokowi, dikutip PikiranRakyat-Pangandaran.com dari YouTube Sekretariat Presiden, 22 April 2021.
Selain itu, Jokowi mengungkapkan, peluang besar juga terbuka bagi pengembangan bahan bakar nabati, industri baterai litium, dan kendaraan listrik.
“Presidensi Indonesia untuk G20 di tahun 2022 akan memprioritaskan penguatan kerja sama perubahan iklim dan pembangunan berkelanjutan. Lalu dia juga mengatakan Indonesia juga terus mendukung upaya para sahabat kami di kawasan Pasifik,” ucapnya.
Artikel Rekomendasi