Media Asing Soroti Alasan Wanita di Indonesia Kerap Terlibat Serangan Bom

- 26 Mei 2021, 11:30 WIB
Ilustrasi bom. Media asing Al Jazeera menyoroti beberapa alasan wanita di Indoneis kerap terlibat serangan bom, sperti contoh yang terjadi pada Zakiah Aini.
Ilustrasi bom. Media asing Al Jazeera menyoroti beberapa alasan wanita di Indoneis kerap terlibat serangan bom, sperti contoh yang terjadi pada Zakiah Aini. /Pixabay.com/kalhh

PR PANGANDARAN - Ketika Zakiah Aini yang berusia 25 tahun berhenti dari universitas, masuk ke Mabes Polri di Jakarta sambil mengacungkan senapan angin pada hari terakhir bulan Maret.

Dalam beberapa tahun terakhir, semakin banyak wanita Indonesia yang terlibat dalam serangan kekerasan di seluruh nusantara.

Terutama setelah kembalinya orang-orang yang dilatih di bawah ISIL (ISIS) di Suriah dan pembentukan kelompok yang berafiliasi dengan ISIL seperti Jamaah Ansharut Daulah (JAD).

Baca Juga: VIRAL! Merasa Kena Tipu dengan Barang Pesanannya, Pria Ini Ngamuk hingga Ancam Kurir Pakai Samurai

"ISIS menciptakan struktur izin untuk memasukkan perempuan dalam peran yang lebih di garis depan," kata Judith Jacob, analis terorisme dan keamanan di London School of Economics, kepada Al Jazeera.

“Dengan mendorong serangan oportunistik dan seruan umum bagi pendukung untuk melakukan apa yang mereka bisa, ini membuka pintu bagi perempuan untuk berpartisipasi lebih siap daripada di bawah struktur komando dan kontrol sebelumnya yang mempromosikan hierarki formal yang pada akhirnya mengecualikan perempuan,” sambungnya.

Serta penyerangan Aini di Mabes Polri yang berakhir dengan ditembak hingga tewas oleh petugas polisi di TKP, Katedral Hati Kudus Yesus di Makassar, Sulawesi diserang seminggu sebelum Paskah oleh dua pelaku bom bunuh diri yang pernah menikah hanya tujuh bulan.

Baca Juga: Ketua Bapera yang Melaporkan Pemprov Jatim Atas Kasus Kerumunan Ulang Tahun Khofifah Dipecat

Pada tahun 2018, sebuah gereja di Surabaya di pulau Jawa juga diserang oleh sepasang suami istri beserta keempat anaknya, dan tim suami istri lainnya menyerang sebuah katedral di Jolo, Filipina pada tahun 2019.

Sedikitnya 20 orang tewas. dalam serangan itu dan puluhan lainnya luka-luka.

Semua wanita yang terlibat dalam serangan itu diduga terkait dengan JAD, yang kadang-kadang dijuluki "ISIL Asia Tenggara".

Baca Juga: Buka Peluang Ekonomi Lebih Besar, Microsoft Siapkan Windows Terbaru untuk Creator dan Pengembang

Menurut Jacob, penting untuk tidak mengabaikan serangan semacam itu atau berspekulasi bahwa perempuan yang terlibat hanya mengikuti perintah dari laki-laki.

"Jelas ada banyak dimensi dalam hal ini, tetapi hal pertama yang harus disingkirkan adalah gagasan seksis yang mengerikan bahwa para wanita ini dibujuk atau dipaksa untuk berpartisipasi," katanya kepada Al Jazeera.

“Para wanita ini aktif dan bersedia berpartisipasi dengan hak mereka sendiri dan selalu menjadi bagian integral dari militansi Islam di Indonesia. Perbedaannya sekarang adalah pergeseran ke peran yang lebih aktif atau 'garis depan', ” sambungnya.

Baca Juga: Sebut Taiwan sebagai Negara, Aktor AS John Cena Dikecam dan Minta Maaf ke Tiongkok: Saya Membuat Kesalahan

Menyusul penyerangan di Mabes Polri, Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo menggambarkan Aini sebagai "serigala tunggal".

Dia juga memposting bendera ISIL di Instagram sebelum serangan itu dan membeli senjata yang dia gunakan dari seorang pria di provinsi Aceh yang merupakan anggota JAD dan telah dihukum karena terorisme.

Noor Huda Ismail, mantan anggota kelompok garis keras Darul Islam yang telah mendirikan Institute for International Peace Building dan menjalankan program dan lokakarya deradikalisasi di seluruh Indonesia, mengatakan kepada Al Jazeera bahwa media sosial telah berperan dalam pergerakan perempuan ke dalam kekerasan langsung.

Baca Juga: Sinetron Ikatan Cinta 26 Mei 2021: Andin dan Elsa Kembali Berseteru Hebat Menyusul Kisruh Makam Nindi

“Secara historis di Indonesia, perempuan memainkan peran yang lebih suportif dan tidak terlibat langsung dalam terorisme meskipun mereka adalah bagian dari keluarga teroris,” katanya.

“Tidak ada alasan tunggal mengapa perempuan terlibat dalam terorisme tetapi mereka sebagian besar didorong oleh alasan pribadi dan emosional," sambungnya.***

 

 

 

Editor: Imas Solihah

Sumber: Aljazeera


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x