Sempat Tabu, Turki Perbolehkan Eksperimen Ganja untuk Tingkatkan Industri Tekstil

- 6 Juni 2021, 17:40 WIB
Ilustrasi, Turki memperbolehkan hal yang sempat tabu, yakni eksperimen ganja untuk tingkatkan industri tekstil Rami.
Ilustrasi, Turki memperbolehkan hal yang sempat tabu, yakni eksperimen ganja untuk tingkatkan industri tekstil Rami. /Pixabay/Erin_Hinterland

PR PANGANDARAN - Turki baru-baru ini melakukan eksperimen tak biasa untuk menggunakan narkoba jenis ganja sebagai bahan yang dapat mengaktifkan kembali industri tekstil Rami.

Hal ini dilakukan oleh seorang mantan jurnalis bernama Abdurrahman Dilipak (72) sebagai salah satu suara paling keras di Turki yang mendukung legalisasi ganja ketika negara itu berubah sikap dan mulai mengijinkan eksperimen ganja dengan memperkenalkan kembali tanaman yang dulu tersebar luas.

“(Tanaman) Ganja memiliki seribu manfaat… Tanaman ini umumnya berkah dari Allah. Itu membersihkan udara, air dan tanah,” tulis Dilipak dalam kolom berjudul 'Alkohol lebih berbahaya' untuk Yeni Akit, sebuah surat kabar konservatif di Turki.

Baca Juga: Geger Teknologi 5G Disebut Bisa Picu Kanker Otak, Denny Darko: Coba Pelajari Baik-baik

Kini industri tanaman Rami dibudidayakan di wilayah Laut Hitam yang lembab di Turki sampai undang-undang anti-narkotika yang ketat diperkenalkan pada tahun 1970-an: banyak orang saat ini mengaitkan perubahan kebijakan dengan tekanan dari AS. Bahkan sekarang, ganja tetap menjadi topik yang tabu, dan hukuman untuk penggunaan rekreasi bisa mencapai dua tahun penjara.

Sementara produksi kertas dan tekstil rami bertahan, pabrik terakhir ini ditutup pada tahun 2000, tidak mampu bersaing dengan bahan berbasis minyak bumi yang lebih murah yang diimpor dari tempat-tempat seperti India.

Bergulat dengan krisis ekonomi, dan mencari cara untuk melakukan diversifikasi, pada tahun 2019, presiden Turki, Recep Tayyip Erdoğan, membuat pengumuman mengejutkan bahwa negara tersebut akan mengambil langkah-langkah untuk meningkatkan produksi ganja dengan harapan dapat memulihkan industri ekspor rami yang pernah booming.

Baca Juga: Lirik Lagu John Mayer - Last Train Home Lengkap Terjemahan Bahasa Indonesia

Sekarang, tanaman pertama yang dibiakkan dan dipelajari oleh para peneliti telah dipanen, bahkan menurut direktur pusat penelitian ganja terkemuka Universitas Ondokuz May, Selim Aytaç menyebut hasilnya menjanjikan.

“Kami telah melakukan perbaikan dan pembibitan benih sejak tahun 2013 untuk membudidayakan produk dengan serat halus untuk keperluan industri, dan mengurangi jumlah bahan obat, dan sejauh ini kami telah sukses besar,” katanya.

“Kami berharap bisa dimanfaatkan untuk obat-obatan, makanan, tepung, hasil hutan, tali, tekstil. Membawa kembali rami dapat memiliki dampak global karena pemerintah dunia berupaya mengurangi jejak karbon. Ini menggunakan sumber daya yang jauh lebih sedikit daripada plastik atau kapas,” jelasnya.

Baca Juga: Komunikasi Dasar Setiap Hubungan, 5 Zodiak Ini Pilih Ekspresikan Kata-kata Pakai Bahasa Tubuh

Meski berbicara narkoba masih tabu, sebuah studi pertama di Turki dari Universitas Istanbul yang menganalisis air limbah dari 14 pabrik pengolahan limbah menunjukkan bahwa penggunaan zat ilegal marak di kota besar berpenduduk 17 juta orang itu.

Pada akhirnya, para peneliti mengklaim Istanbul memiliki tingkat konsumsi zat tertinggi kedua di dunia setelah Barcelona, ​​tepatnya ganja paling banyak digunakan sebagai obat.

Bahkan studi ini juga menunjukkan Istanbul adalah yang kedua setelah New York dalam tingkat penggunaan heroin.

Baca Juga: Sempat Didesak Guru Hapus Unggahan Sikap Buruk Aa Gym ke Teh Ninih, Ghaza Tak Kapok Bongkar Lagi

Untuk itu, Dilipak terus bersuara melegalkan ganja di Turki yang dapat membantu mengatur industri ilegal yang ada, mengambil produksi dari tangan kejahatan terorganisir.

“Adana adalah sepertiga dari populasi Istanbul, tetapi ganja yang digunakan di Adana hampir sama dengan di Istanbul. Adana peringkat ketiga di dunia dalam hal proporsi.. Seharusnya kita tidak memiliki ganja di negara ini, ”tulis Dilipak.

Sikap terhadap budidaya ganja tampaknya perlahan berubah, tambah Aytaç.

“Satu desa di Samsun telah memimpin dalam mengubah persepsi dan membuka pembicaraan.

“Dalam uji coba kami di lokasi pertanian, terkadang penduduk setempat datang dan merobek tanaman di malam hari. Tetapi semakin banyak orang mulai memahami bahwa kami tidak menumbuhkan sesuatu yang berbahaya, kami menumbuhkan produk yang bernilai,” pungkasnya.***

 

Editor: Khairunnisa Fauzatul A

Sumber: The Guardian


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x