'Situasi Menakutkan' Covid-19 Indonesia Disoroti Media Asing, Warga Miskin Soal PPKM: Pelan-pelan Kita Mati!

- 19 Juli 2021, 20:30 WIB
Ilustrasi Covid-19 di Indonesia disorot media asing, singgung PPKM.
Ilustrasi Covid-19 di Indonesia disorot media asing, singgung PPKM. /Gambar : Pixabay/ Fernandozhiminaicela/

PR PANGANDARAN - Situasi Covid-19 Indonesia masih dalam fase Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat atau yang dikenal sebagai PPKM.

PPKM di Indonesia dilakukan untuk membatasi aktivitas dan mobilitas akibat melonjaknya kasus Covid-19 secara signifikan.

Lonjakan kasus ini bahkan sampai ke taraf genting, karena oksigen menipis dan Instalasi Gawat Darurat (IGD) rumah sakit penuh di sejumlah rumah sakit.

Baca Juga: Link Live Streaming Ikatan Cinta Hari Ini 19 Juli 2021: Didesak Papa Surya Elsa Masih Saja Berkilah

Meski kini kasus harian menurun dari angka 40 ribuan ke kisaran angka 30 ribu kasus, angka meninggal masih saja tinggi.

Oleh karena itu, kekhawatiran masih ada di antara masyarakat yang kini menghadapi dilema.

Saat pemerintah RI untuk memperpanjang PPKM hingga akhir Juli 2021, sejumlah warga justru terpukul akibat kebijakan ini.

Baca Juga: Gading Marten Umbar Kemesraan dengan Ariel Tatum dan Beri Isyarat 'Aku Menemukanmu', Ada Apa?

Bagi orang yang menggantungkan hidup dari penghasilan harian, PPKM terbilang mencekik mereka.

Selain itu, akses kesehatan pun bahkan tak mereka jangkau sehingga mereka berusaha untuk tak sampai sakit.

Serorang warga Jakarta sekaligus ibu enam anak dan pencari nafkah tunggal untuk sebuah keluarga Herdayati, memplesetkan kepanjangan PPKM menjadi "Pelan Pelan Kita Mati", sebahaimana yang PikuranRakyat-Pangandaran.com Lansir dari Reuters.

Baca Juga: Lihat Salah Satu Gambar! Ini Karma yang Akan Terjadi dan Berikut Cara Penyelesaiannya

Para ekonom menyebit lebih dari separuh penduduk Indonesia menghabiskan di bawah $60 atau sekitar Rp800 ribu per bulan, tingkat tertinggi kedua untuk orang-orang yang "rentan secara ekonomi" di dunia.

Pandemi telah menjadi penurunan yang parah menuju kemiskinan dan kelaparan bagi banyak dari mereka sesuai dengan plesetan yang dikemas oleh Herdayati.

Gelombang kedua Covid-19 telah membanjiri sistem kesehatan Indonesia, karena infeksi melonjak lima kali lipat dalam sebulan terakhir.

Baca Juga: Hotman Paris Ungkap Alasan Kerap Unggah Foto Meriam Bellina Meski Sudah Putus: Rindu Sih Nggak...

Selama seminggu terakhir, Indonesia memiliki rata-rata 49.435 kasus baru per hari, dan lebih dari 1.000 kematian per hari.

Saat ini tidak ada tempat di dunia yang terkena pukulan lebih keras daripada Indonesia, meskipun para ahli mengatakan tingkat pengujian yang rendah berarti data resmi sangat meremehkan skala dan korban.

Dua orang meninggal dengan gejala Covid-19 setiap hari di Muara Baru, yang berpenduduk sekitar 6.000, kata Eny Rochayanti, koordinator Jaringan Masyarakat Miskin Kota, sebuah kelompok sukarelawan.

Baca Juga: Bantah Ade Armando, dr. Tirta Beberkan Perbedaan Indonesia dan Inggris Tangani Covid-19

"Ini situasi yang menakutkan," ujarnya pada awak media.

Pemerintah telah meredam dampak ekonomi dengan paket kesejahteraan bagi orang miskin, yang tanpanya Bank Dunia mengatakan 5 juta lebih banyak orang bisa jatuh di bawah garis kemiskinan Indonesia sebesar $32,59 per bulan tahun lalu.

Pemerintah juga memiliki rencana untuk hampir 8.000 tempat tidur rumah sakit baru dan langkah-langkah untuk meningkatkan jumlah petugas kesehatan dan pasokan oksigen.

Baca Juga: Pamer Kematian Covid-19 Inggris-Indonesia, Ade Armando Dibantah dr. Tirta: di Luar Kompetensi Anda

Pada hari Sabtu 17 Juli 2021, menteri yang memimpin respons pandemi, Luhut Pandjaitan, mengakui dampak yang tidak proporsional pada orang miskin, meminta maaf "jika (kebijakan pemerintah) tidak optimal".

Arief Anshory Yusuf, seorang ekonom menyebut Indonesia mengalami urbanisasi dengan cepat selama 20 tahun terakhir, tanpa menciptakan pekerjaan formal yang cukup untuk menopang arus masuk ke kota-kota.

Selain itu, para ahli mengatakan bahwa mereka pun kurang berinvestasi dalam sistem kesehatan yang sangat bergantung pada rumah sakit swasta yang tidak mampu dijangkau oleh masyarakat miskin.

Baca Juga: Berbeda dengan Raffi dan Atta, Irfan Hakim Nekat Beli Sapi Kurban Terbesar Meski Ditentang: Kepikiran, Sia-sia

“Orang-orang ini tinggal di lingkungan yang kompak di mana Covid menyebar dengan mudah,” kata Arief.

Ia menambahkan, "Isolasi hampir tidak mungkin. Mereka tidak bisa mengakses rumah sakit. Mereka sangat rentan kehilangan pendapatan."

Kini, banyak masyarakat Indonesia yang harap harap cemas mengingat dilema yang mereka hadapi saat ini.

Selain bahaya Covid-19, banyak di antara mereka resah karena tak mendapat penghasilan meakipun mendapat bantuan dari pemerintah melalui Bansos dan sebagainya.***

 

Editor: Imas Solihah

Sumber: REUTERS


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x