Usai AS Tuduh China Soal Asal Usul Covid-19, Analis Bangladesh Sebut Kebiasaan AS Menyalahkan Negara Lain

- 29 Juli 2021, 14:00 WIB
Seorang analis Bangladesh sebut kebiasaan AS menyalahkan negara lain, sehingga tak heran saat tuduh China soal asal usul Covid-19.
Seorang analis Bangladesh sebut kebiasaan AS menyalahkan negara lain, sehingga tak heran saat tuduh China soal asal usul Covid-19. /articular/

PR PANGANDARAN - Aksi Amerika Serikat (AS) yang menyerang China atas penelusuran asal usul Covid-19 adalah manifestasi dari kebiasaan menyalahkan negara lain atas tindakan berbahaya yang dilakukannya sendiri, begitu menurut seorang analis urusan luar negeri Bangladesh terkemuka baru-baru ini.

"Ini bukan hal baru dan AS terbiasa menyalahkan negara lain karena berbagai alasan, sementara AS sendiri bersalah atas pelanggaran serupa," ungkap analisis asal Bangladesh, Munshi Faiz Ahmad yang juga mantan ketua Institut Studi Internasional dan Strategis Bangladesh, mengatakan kepada Xinhua dalam sebuah pernyataan.

Lebih lanjut, analis asal Bangladesh itu menyebutkan seruan China baru-baru ini pada komunitas internasional, untuk mendesak AS membantu penyelidikan transparan tentang asal usul Covid-19, menunjukkan niat baik dan niat positif dari China.

Baca Juga: Sinopsis NET Drakor Daebak: Extraordinary You Episode 5 di NET TV: Baek Kyung Nyatakan Dan Oh Hanya Milik Dia

Sedangkan juru bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian mengatakan, bulan lalu Amerika Serikat tidak dalam posisi untuk memeras atau memaksa China, juga tidak memiliki hak untuk mewakili komunitas internasional untuk menyerang dan memfitnah China atas penelusuran asal usul Covid-19.

Zhao juga meminta masyarakat internasional untuk bersama-sama mendesak Amerika Serikat untuk memberikan dukungan dalam penyelidikan dan menyediakan data dan saluran yang transparan.

Baca Juga: Lirik Lagu It’s You – Seizairi Sezali Beserta Terjemahannya

"Saya pikir ucapannya cukup tepat," kata Ahmad, yang juga mantan duta besar Bangladesh untuk China.

Sementara itu, analis Bangladesh itu menutup pernyataan dengan menilai Amerika Serikat mengambil vaksin sebanyak mungkin tanpa memperhatikan kapasitas inokulasinya, kebutuhan aktualnya atau kebutuhan negara lain.***

Editor: Khairunnisa Fauzatul A

Sumber: Global Times


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x