Perbedaannya belum dikaitkan secara langsung dengan penggunaan ganja tetapi dapat dikaitkan dengan perilaku mereka yang bergantung pada ganja.
“Pasien dengan gangguan penggunaan kanabis, yang lebih muda dan memiliki komorbiditas lebih sedikit daripada subtipe SUD lainnya, memiliki risiko lebih tinggi untuk terinfeksi bahkan setelah mereka dicocokkan dengan determinan sosial ekonomi yang merugikan kesehatan dan kondisi medis komorbiditas dengan pasien non-SUD,” para peneliti menulis.
Lebih lanjut, dijelaskan bahwa efek samping ganja dapat memperbesar kontribusi terinfeksi Covid-19.
"Variabel tambahan, seperti faktor perilaku atau efek samping ganja pada fungsi paru dan kekebalan, dapat berkontribusi pada risiko yang lebih tinggi untuk infeksi terobosan dalam kelompok ini," ujar penelitian tersebut.
Sementara kelompok orang yang mendukung penggunaan ganja mengatakan bahwa ganja tidak dapat disebut menjadi penyebab kasus peningkatan Covid-19.
Baca Juga: Temani Paula Verhoeven Melahirkan, Baim Wong Kena Omel Dokter Gegara Langgar Aturan Ini
Mereka menyebut bahwa ganja tidak menyebabkan orang-orang pasti bergantung pada penggunaan zat adiktif.
"Studi ini terbatas pada orang-orang dengan 'gangguan penggunaan zat' yang merupakan bagian kecil dari konsumen ganja," Morgan Fox, direktur hubungan media untuk National Cannabis Industry Association mengatakan kepada Newsweek.
“Ini hanya korelasi dan tidak menunjukkan hubungan sebab akibat, pola perilaku individu dan kondisi sosial mungkin menjadi faktor utama yang berkontribusi di atas dan di luar sekadar menunjukkan pola penggunaan narkoba yang bermasalah, seperti kurangnya akses ke informasi yang dapat dipercaya,” ujarnya.
Artikel Rekomendasi