'Kompensasi Kesalahan Masa Lalu', Presiden Iran Minta Joe Biden Kembalikan AS ke Kesepakatan Nuklir

- 9 November 2020, 14:30 WIB
Presiden Iran, Hassan Rouhani.
Presiden Iran, Hassan Rouhani. /Instagram/@hrouhani

PR PANGANDARAN - Presiden Iran meminta Presiden terpilih Joe Biden untuk 'mengkompensasi kesalahan masa lalu' dan mengembalikan Amerika Serikat (AS) ke kesepakatan nuklir 2015 Teheran dengan kekuatan dunia.

Komentar Hassan Rouhani menandai tanggapan tingkat tertinggi dari Iran kepada Biden dan Wakil Presiden terpilih Kamala Harris yang memenangkan Pilpres AS 2020 pada 3 November 2020 lalu.

"Sekarang, sebuah kesempatan telah datang bagi pemerintahan AS berikutnya untuk mengkompensasi kesalahan masa lalu dan kembali ke jalur untuk mematuhi perjanjian internasional melalui penghormatan terhadap norma-norma internasional," kata kantor berita IRNA, dikutip PikiranRakyat-Pangandaran.com dari AP News.

Baca Juga: Bakal Diperlakukan Serupa Rakyat, Trump Kehilangan Proteksi Khusus, Twitter: Dia Bukan Lagi Pejabat

Di bawah kepemimpinan Presiden Donald Trump, ketegangan antara AS dan Iran telah meningkat, mencapai puncaknya pada awal tahun ini.

Salah satu langkah kebijakan luar negeri Trump adalah secara sepihak menarik AS dari kesepakatan nuklir Iran pada 2018, yang telah membuat Teheran membatasi pengayaan uraniumnya dengan imbalan pencabutan sanksi ekonomi.

AS sejak itu memberlakukan kembali sanksi hukuman terhadap Iran yang telah melumpuhkan ekonominya, yang semakin terpukul oleh wabah virus corona.

Baca Juga: Donald Trump Ternyata Masih Punya Harapan Besar Menang di Pilpres AS 2020, Kenapa?

Dalam upaya menekan Eropa untuk menemukan jalan keluar dari sanksi, Iran perlahan-lahan meninggalkan batasan kesepakatan nuklir.

"Rakyat Iran, meskipun perlawanan heroik mereka terhadap perang ekonomi yang dipaksakan, membuktikan bahwa kebijakan tekanan maksimum AS pasti gagal," kata Rouhani.

Lebih lanjut, ia menambahkan bahwa Iran menganggap keterlibatan konstruktif dengan dunia sebagai strategi.

Baca Juga: Ternyata Ini Alasan Lisa BLACKPINK Tak Akan Pernah Potong Poni, Dibongkar sang Stylist Korea

Juga hari Minggu, Menteri Luar Negeri Iran Mohammed Javad Zarif menulis sebuah cuitan bahwa 'dunia sedang menonton' untuk melihat apakah pemerintahan baru Biden akan menyimpang dari pendekatan Trump terhadap Iran dan mencari kerja sama internasional.

“Perbuatan paling penting,” tambah Zarif.

Sementara itu, Iran pada Minggu mencapai angka kematian satu hari tertinggi akibat virus corona dengan 459 kematian baru yang tercatat.

Baca Juga: Sebut Biden Menang Secara Ilegal, Melanie Trump Bela Sang Suami: Rakyat AS Pantas Dapat Hasil Legal

Angka ini membuat total kematian Iran yang tercatat akibat virus itu menjadi 38.291 secara nasional. Sementara 9.236 kasus virus baru yang dikonfirmasi lainnya telah dikonfirmasi selama 24 jam terakhir, menjadikan total kasus yang dikonfirmasi menjadi lebih dari 682.000 secara nasional sejak Februari.

Iran telah berjuang untuk menahan virus dan telah melihat lonjakan harian dan tertinggi selama sebulan terakhir.

Ibukotanya, Teheran, telah paling terpukul dan baru-baru ini memperpanjang beberapa tindakan penguncian di seluruh kota.***

Editor: Nur Annisa

Sumber: AP News


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah