PR PANGANDARAN - Belakangan viral seorang menyebut santri calon teroris yang kemudian mengundang kemarahan para santri di Tasikmalaya.
Kini, paradigma tersebut mampu dipatahkan oleh Bupati Cirebon Drs.H.Imron, M.Ag, ia meminta kepada seluruh peserta Sadesha (Satu Desa Satu Hafidz) untuk tidak minder memiliki status sebagai santri.
Sembari mengisahkan perjalanan hidupnya di pondok pesantren, Imron mengaku sempat mengenyam pendidikan agama di pondok pesantren selama 10 tahun.
Baca Juga: Bongkar Rekaman CCTV 8 Menit Bukti Kuat Bunuh Diri Yodi, dari Pilih Pisau hingga ke Tempat Parkir
"Saya dulu mesantren di Babakan Ciwaringin 10 tahun," ujar Imron, saat menjadi pembicara Diklat Sadesha di Kuningan, Sabtu 25 Juli 2020 seperti dikutip dari Pikiran-rakyat dengan judul Berpesan 'Jangan Minder' pada Seluruh Peserta Sedesha, Imron: Dulu Saya Santri, Sekarang Jadi Bupati
Lebih lanjut pejabat jebolan santri itu mengungkap kepada para peserta agar bangga menyematkan kata santri di pundak perjuanganya.
Lantaran kata dia, menjadi santri artinya banyaj mempelajari ilmu agama Islam yang kelak akan dijadikan pedoman hidup.
Baca Juga: 4 Skandal Cinta Misterius tapi Konyol, Jungkook BTS-Nayeon TWICE hingga Jimin BTS-Jeongyeon TWICE
Imron juga menyebutkan, bahwa di Indonesia saat ini semua kalangan bisa bersaing secara sehat. Termasuk didalamnya adalah santri. Santri, kata Imron, bisa juga bergabung ke dunia lainnya, yang tidak berkaitan dengan kepesantrenan.
Buktinya, sekarang saya seorang santri bisa menjadi bupati. Zaman dulu, susah santri jadi bupati," ujar Imron.
Artikel Rekomendasi