"Kita akan mengadakan rapat dulu di BPKAD terkait penghitungan rencana kebutuhannya. Kami akan validkan dulu data jumlahnya,” ujarnya.
Rudy menjelaskan, dampak dari peristiwa tersebut menyebabkan lebih dari 1.000 rumah mengalami kerusakan, baik kerusakan ringan maupun berat, serta rusaknya fasilitas umum yang meliputi jalan, jembatan, dan yang lainnya.
Baca Juga: Bukan Prioritas, WHO Sebut Lockdown Jalan Terakhir dalam Menangani Pandemi Covid-19
"Kerusakan rumah kategori berat berada di wilayah Pameungpeuk dan Cisompet, sedangkan kategori kerusakan ringan berada di Cikelet," katanya.
Karena Indonesia telah memasuki musim hujan, serta Garut dalam situasi darurat bencana, Rudy mengimbau kepada masyarakat yang tinggal di sekitar bantaran sungai dan dekat tebing harus waspada pergerakan tanah longsor dan banjir bandang.
"Berdasarkan data Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), saat ini Indonesia sudah memasuki musim hujan. Musim hujan di Indonesia sendiri datang secara bertahap, dan diprediksi berakhir sekitar akhir Maret atau April 2021.” ujarnya.
Baca Juga: Jerman Bertarung dengan Gelombang 2 Covid-19, Merkel Minta Anak Muda Hentikan Berpesta saat Pandemi
“Oleh karena itu, harus waspada dengan bencana alam yang terjadi seperti pergerakan tanah, longsor, dan banjir bandang,” lanjut Rudy.
Dalam hal ini, Rudy juga meminta kepada seluruh Camat, Kepala Desa, dan Kepala Kelurahan untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap daerah yang rawan bencana, terutama masyarakat yang berada di pinggir-pinggir sungai besar.
Selain kewaspadaan, masyarakat perlu diberi peringatan dan diberi advokasi mitigasi bila terjadi luapan air tiba-tiba dan mengancam jiwa serta tempat tinggalnya.
Artikel Rekomendasi