Ada Konspirasi Dibalik Covid-19 di Indonesia, Bossman Mardigu Punya Datanya

22 Desember 2020, 12:54 WIB
Mardigu WP./ /

PR PANGANDARAN – Covid-19 berada di Indonesia bahkan di dunia hampir satu tahun lamanya sejak pertama kali dialami oleh Wuhan, Tiongkok. Banyak korban berjatuhan tanpa tebang pilih, dari kalangan muda hingga dewasa.

Setelah hampir setahun Covid-19 ada di Indonesia, melihat langsung, dan bahkan sempat mengalaminya, salah satu pebisnis sukses yakni Mardigu Wowiek Prasantyo mengungkapkan adanya konspirasi dibalik Covid-19.

Dikutip PikiranRakyat-Pangandaran.com dari kanal YouTube Karni Ilyas Club pada Jumat, 11 Desember 2020, Mardigu mengungkapkan adanya konspirasi dibalik Covid-19.

Baca Juga: Setelah Hengkang, Daniel Mananta Kembali Jadi Host Indonesian Idol, Boy William Kemana ?

Awalnya, dia mengungkapkan bahwa Covid-19 ini murni terjadi secara alamiah. Mardigu Wowiek tidak melihat adanya konspirasi di dalamnya hingga akhirnya dia menemukan sejumlah data yang mengarah ke sana.

“Jadi saya tadinya tidak melihat ini sebagai konspirasi atau (artinya ini hanyalah) pandemic biasa dan sebagainya sampai data-data dapat dari temen-temen di negeri seberang para shadow lah kita sebut karena kita masih sering contact,” ujar Mardigu mulai menjelaskan.

Sebab, bermula dari penemuan virus di tiongkok pada November 2019 yang disebabkan oleh kelelawar hingga harus menerapkan lockdown di Wuhan. Mardigu mengungkapkan bahwa virus karena kelelawar itu memang betul ada.

“Mereka merasa di bulan November 2019 ada sebuah gerakan yang katanya di Tiongkok terduga virus kemudian sampai diterapkan lockdown di Wuhan dan lain sebagainya nah kita lihat bahwa virus alami itu yang dari kelelawar itu memang ada,” ujarnya mengungkapkan.

Baca Juga: Putri Delina dan Rizky Febian Ingin Asuh 'Dek Bintang', Jawaban Sule Justru Mengejutkan

Namun, ada beberapa orang dari virologi (cabang biologi yang mempelajari suborganisme termasuk virus) mengungkapkan sisi lain.

“Tetapi beberapa teman-teman yang virologi di dunia, jadi perang itu kan ada military warfare, ada biological walfare, nah teman-teman dari sisi yang ini (biological walfare) (mengungkapkan) ada enhance, ada pengayaan karena apakah ini mutan, atau karna pengayaannya ini karena dibuat,” ujarnya.

Mardigu pun mengutarakan bahwa hanya ada 3 laboratorium di dunia yang bisa melakukan pengayaan terhadap virus.

“Karena hanya 3 laboratorium di dunia yang bisa melakukan pengayaan terhadap virus, satu di Amerika, satu di Israel, satu di Tiongkok, di Wuhan. Jadi mulai kita bilang ini apa maksudnya, apakah ini country atau nation yang bergerak untuk kepentingan,” ujarnya.

Baca Juga: Ternyata Ini Alasan Mengapa Sambal Cireng Rina Nose Positif Covid-19, Peneliti Beri Penjelasan

Meski begitu, Mandigu dan rekannya menduga hal itu bukan berasal dari negara, atau bangsa tertentu, tetapi kepada kelompok globalis lah yang tengah mengendalikan dunia.

Sebab, diutarakannya, sebelumnya, memang ada kelompok globalis yang mengendalikan berlian selama 150 tahun, dan juga ada yang mengontrol dollar.

“Tapi dugaan kita malah bukan (pemerintah), merasa bahwa globalis cabang sekelompok orang yang memang mengendalikan dunia yang bukan dari struktur negara yang seperti sebuah keluarga di Basel Switzerland, seperti ada keluarga di Afrika Selatan, itu kan keluarga yang sudah kontrol berlian 150 tahun, kontrol dollar selama sekian tahun nah mereka makin kesini itu ingin bermain jadi kami menduga bahwa ini mainannya globalis nih,” ujarnya.

Baca Juga: Kenang Syuting Film Mariposa, Syakir Daulay Puji Adhisty Zara Saat Mengaji: Alus Bener!

Masih menurut keterangan Mardigu, ada globalis farmasi pada masa pemerintahan Obama di Amerika.

“Karena globalis farmasi adalah di masa Obama dulu itu ada selama 8 tahun kan. Obama Cares itu sangat darling-nya adalah farmasi ya.

Pada masa pemerintahan Trump di Amerika Serikat, permainan globalis farmasi ini ditebas.

“Nah, di masanya Trump ditebas semua, masanya Trump. Nah farmasi ini ingin bermain kan karena farmasi itu kan bukan sekadar vaksin tapi mulai dari vitamin mulai dari untuk imunitas dan lain sebagainya jadi kita bisa membuktikan pada saat dunia menyatakan ini pandemic kan vaksinnya belum ada, semua orang dikasih apa? vitamin dan lain sebagainya,” ujarnya menguraikan.

Baca Juga: 5 Drama Korea dengan Ending Bikin Penasaran Penonton, Salah Satunya Signal

Sebab, dunia belum pernah kekurangan vitamin terutama di masa pandemi ini.

“Pernah nggak kita kekurangan vitamin C, vitamin D, dan seluruh multivitamin? Ndak ada. Karena  semuanya sudah ready. Ini saya bilang, iya memang ada 100 industri yang diuntungkan selama masa pandemik dan mereka ready sebelum itu,” ujarnya menambahkan.

Oleh sebab itu, karena ada pihak tertentu yang diuntungkan, Mardigu mengungkapkan bahwa itulah yang dinamakan konspirasi.

“Itu yang saya bilang ini konspirasi gitu karena konspirasi itu di dunia intelijen selalu bilang siapa who's benefited? Siapa yang diuntungkan dia main,” ujarnya melanjutkan.

Mendengar penjelasan Mardigu, Karni Ilyas pun menanggapi.

“Kalau begitu lebih kayak negara Amerika dan negara-negara barat dong yang bermain?

Baca Juga: Ada Dugaan Gibran Terlibat Korupsi Bansos, KPK Siap Bergerak Cari Kebenaran

Mardigu membenarkan hal itu karena semua produsen berasal dari negara tersebut.

“Kalau kita lihat betul, karena seluruh produsennya adalah mereka, jadi bukan di Tiongkok,” ujarnya.

Oleh sebab itu, Mardigu mengungkapkan bahwa ini berasal dari kaum globalis yang ingin mengendalikan, dan juga kemudian dipakai untuk sarana politik.

“Jadi kita bukan menuduh China, bukan menuduh Amerika. Kita lebih menuduh globalis. Lebih menuduh ini adalah trading transaksional dari farmasi. Tapi di sisi Amerika, ini dipakai tool. Makannya, ini yang kita bilang bahwa pandemic di Amerika untuk mukul Trump, jadi Covid jadi political tool,” ujar Mardigu menjelaskan.

Baca Juga: Gunakan Parasut, Sinterklas Ini Malah Terjebak di Kabel Listrik Usai Lakukan Terjun Payung

Seperti yang telah kita ketahui bersama bahwa pemilihan pemerintah di Amerika telah berakhir, Mardigu menuturkan bahwa Covid di Amerika dan dunia telah menjadi pandemi biasa karena peran penyakit menular sebagai sarana politik di Amerika telah berakhir.

“Nggak bisa, kalau liat di Amerika, mungkin ini di asas-in, alias ini semua dipakai supaya tertular, ditarget gitu kan karena itu disebut political tool. Di mana kita bilang nanti setelah November, menang ngga menang istilahnya tetep Trump (yang) jadi atau Biden yang jadi, Covid di Amerika atau di dunia bahkan sudah bukan political tool lagi, tapi menjadi pandemic biasa bukan untuk merubuhkan pemerintahan, bukan untuk menggoyangkan Amerika, bukan untuk menggoyangkan Tiongkok lagi. Udah selesai tugasnya,” ujarnya.

Mardigu mengungkapkan bahwa dari awal dirinya mempercayai bahwa Covid memanglah ada, dan mematikan. Namun, dirinya juga percaya bahwa ada konspirasi di baliknya.

“Saya percaya dari pertama. Saya percaya ini deadly, mematikan, dua, saya percaya ini konspirasi,” ujarnya tegas.

Baca Juga: Ada Dugaan Gibran Terlibat Korupsi Bansos, KPK Siap Bergerak Cari Kebenaran

Meski begitu, menurutnya, ini masih di bawah 10%. Tetapi, hal ini mampu menggoyangkan ekonomi di Indonesia, terutama.

“Saya pikir deadly bakal 10% akan terkena, ternyata tingkatnya lebih rendah. Dia cuma memukul orang 14 hari isolasi ya itu ekonomi goyang kan?” ujarnya. ***

 

Editor: Khairunnisa Fauzatul A

Sumber: YouTube Karni Ilyas Club

Tags

Terkini

Terpopuler