Tunda Peluncuran Vaksin Covid-19 di Eropa, Sebanyak 15.000 Nyawa Diprediksi Bakal Melayang

- 21 Desember 2020, 13:30 WIB
Ilustrasi vaksin Covid-19*/
Ilustrasi vaksin Covid-19*/ /Pixabay.com

PR PANGANDARAN - Meskipun Inggris telah mulai meluncurkan vaksin Pfizer dan BioNTech sendiri, European Medicines Agency (EMA) masih belum menyetujui obat penting tersebut.

Proses persetujuan yang lambat telah memicu kemarahan di benua itu, dengan vaksinasi akan dimulai paling cepat Minggu depan, menurut presiden Komisi Uni Eropa Ursula von der Leyen.

EMA akan bertemu pada hari Senin untuk menyetujui obat tersebut tetapi Komite untuk Produk Obat untuk Penggunaan Manusia telah menyatakan bahwa kelompok tersebut tidak akan terburu-buru untuk memberikan persetujuan cepat.

Baca Juga: Bongkar Biaya Hidup di Bali Selama 5 Bulan, Ashanty: Rp900 Juta Lah, Kaget Lihat Kartu Kredit!

Karena proses yang berlarut-larut ini, beberapa orang mengkritik Brussel karena saat ini membahayakan nyawa.

Bild, profesor Paul Welfens dari Universitas Wuppertal, mengatakan hal ini adalah 'omong kosong' seputar persetujuan obat akan menelan korban sekitar 15.000 nyawa.

Obat tersebut, yang dikembangkan oleh ilmuwan Jerman Özlem Türeci dan Uğur Şahin, menjadi yang pertama digunakan di dunia Barat pada 8 Desember setelah mendapat persetujuan di Inggris.

Baca Juga: Dekat dengan Ariel Noah, Maia Estianty Tanyakan Keinginan BCL untuk Menikah Lagi, Begini Jawabannya

Sejak saat itu telah disetujui oleh Kanada, Meksiko, Amerika Serikat dan Arab Saudi sementara anggota UE sangat menunggu obat krusial tersebut.

Begitulah kritik atas proses persetujuan, editorial Bild menyatakan: 'Ini di luar kepercayaan'.

“Dunia merayakan vaksin BioNTech yang dikembangkan di Jerman. Namun Inggris, Kanada, dan Amerika Serikat sudah mulai memvaksinasi dan kami berdiri dan melongo," katanya yang dilansir dari Express.

Baca Juga: Organ Intimnya Disebut Bau Ikan Asin, Vernita Syabilla Marah dan Ancam Bakal Polisikan Pelaku

Sementara obat tersebut menunggu persetujuan di UE, sekitar 350.000 suntikan telah dikeluarkan di Inggris.

Inggris pada awalnya menargetkan staf yang paling rentan dan NHS. Inggris juga berharap obat Moderna dan Universitas Oxford sudah beredar tahun depan.

Obat yang diproduksi oleh Universitas Oxford dan AstraZeneca, saat ini sedang ditinjau oleh Badan Pengatur Produk Kesehatan dan Obat-obatan Inggris (MHRA).

Baca Juga: Gegara Mabuk Parah, Seorang Kakek dan Nenek Masukkan Cucu ke Dalam Air Mendidih hingga Tewas

Diharapkan MHRA dapat memberikan persetujuan vaksin pada 28 Desember untuk kemudian diluncurkan di seluruh negeri pada tahun depan.

Inggris memiliki 100 juta dosis vaksin yang tidak hanya lebih murah daripada Pfizer tetapi tidak perlu disimpan pada suhu yang sangat dingin.

Obat tersebut juga terbukti sangat efektif setelah uji coba fase 3 awal bulan ini. Setelah diberikan dengan setengah dosis dan kemudian penuh sebulan kemudian, kemanjurannya adalah 90 persen.

Baca Juga: Ternyata saat 100 Hari Meninggalnya Lina, Teddy Pernah Berpesan pada Putri Delina soal Harta

Profesor Sarah Gilbert dari Universitas Oxford mengatakan hal ini bukanlah klimaks yang mungkin terjadi.

“Tapi kami sangat senang dengan cara kerja vaksin ini, sangat menantikan titik di mana orang dapat mulai divaksinasi di luar uji klinis," jelasnya.

“Jelas saya tidak bisa berprasangka buruk pada momen itu, para regulator harus diberi waktu untuk membuat keputusan, tetapi saya sangat berharap momen itu tidak terlalu lama," sambungnya.

Baca Juga: Tak Sengaja Lihat Sang Manajer Pria Mandi, Pegawai Wanita Ini Didenda Rp4,3 Juta oleh Perusahaan

Sementara itu Seorang juru bicara MHRA menyampaikan tinjauan bergulir terhadap vaksin kini sedang berlangsung.

“Tinjauan bergulir kami terhadap vaksin Oxford / AstraZeneca Covid-19 sedang berlangsung," katanya.

“Proses kami untuk menyetujui vaksin dirancang untuk memastikan bahwa setiap vaksin Covid-19 yang disetujui memenuhi standar keamanan, kualitas, dan efektivitas tinggi yang diharapkan," tambahnya.

Baca Juga: Cek Fakta: Dikabarkan Pemimpin KPK Diminta Lakukan Penyidikan Kasus Anies Baswedan, Ini Faktanya

“Setiap vaksin harus menjalani uji klinis yang kuat sesuai dengan standar internasional, dengan pengawasan yang diberikan oleh Badan Pengatur Produk Obat dan Kesehatan, dan tidak ada vaksin yang akan diizinkan untuk disuplai di Inggris kecuali standar keamanan, kualitas dan kemanjuran yang diharapkan adalah saya," pungkasnya.***

 

Editor: Ayunda Lintang Pratiwi

Sumber: Express


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x