Klaim Ribka Tjiptaning Soal Vaksin Bikin Lumpuh Bohong, Najwa Shihab Beberkan Fakta Sebenarnya

16 Januari 2021, 10:09 WIB
Najwa Shihab. /Instagram @najwashihab

PR PANGANDARAN – Politikus PDIP Ribka Tjiptaning sempat menghebohkan publik karena menolak disuntik vaksin dengan alasan bisa lumpuh hingga belum selesai uji klinis tahap III.

Semua klaimnya itu dibuktikan oleh Najwa Shihab dengan menyertakan semua data melalui akun Instagram miliknya @najwashihab.

Pertama Ribka Tjiptaning menyebut kejadian lumpuh di Sukabumi karena vaksin anti-polio.

Baca Juga: Bocorkan Tips Sembuh dari Covid-19, Wali Kota Bandung: Olahraga, Berjemur dan Tidur Cukup

“Ini saya ngomong lagi nih di rapat ini, ya. Vaksin untuk anti-polio malah (membuat) lumpuh layu di Sukabumi,” ucapnya saat rapat kerja Komisi IX DPR dengan Menteri Kesehatan, Biofarma, dan Kepala BPOM pada Selasa, 12 Januari 2021.

Faktanya pada 13 Maret 2005, balita lelaki berusia 18 bulan di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, yang sebelumnya tidak diimunisasi, mengalami kelumpuhan (masuk kategori virus polio tipe 1).

Menurut WHO, asal virusnya dari Afrika Barat. Virus itu menyebar ke Indonesia melalui Sudan. Kasus polio itu berkembang jadi Kejadian Luar Biasa (KLB), menyerang 305 orang di Jawa dan Sumatra (2005-2006).

Baca Juga: Kematian Akibat Covid-19 Tembus 2 Juta Jiwa, PBB: Dunia Mencapai Tonggak Menyayat Hati

Kedua mengenai obat anti kaki gajah di Majalaya yang menyebabkan tewasnya 12 orang.

“Terus anti kaki gajah di Majalaya mati 12 (orang) karena di India ditolak, di Afrika ditolak, masuk di Indonesia dengan 1,3 triliun, waktu saya ketua komisi,” ujarnya.

Faktanya pada 10 November 2009, ratusan warga dirujuk ke RSUD Majalaya, Kabupaten Bandung setelah pengobatan massal filariasis (kaki gajah).

Baca Juga: Menolak Vaksin Hak Setiap Manusia, Robby Purba: tapi Bagi Saya Egois dan Tak Bertanggungjawab

Hasil investigasi dari Komite Ahli Pengobatan Filariasis Indonesia (KAPFI) menyebut banyaknya warga yang berobat karena rasa ketakutan terhadap efek samping yang timbul.

Sementara, mengenai kasus delapan orang yang meninggal, tiga dari lima orang belum meminum obat tersebut.

Adapun lima orang lainnya, meminum obat dengan penyakit lain yang telah diderita sebelumnya. Tiga orang menunjukkan tanda serangan jantung dan dua yang lain mengalami gejala stroke.

Baca Juga: Cek Fakta: Presiden Jokowi Dikabarkan Alami Kejang Usai Disuntik Vaksin Covid-19, Simak Faktanya

Ketiga, mengenai vaksin Sinovac disebut belum uji klinis fase III.

“Saya tetap tidak mau divaksin maupun sampai yang 63 tahun bisa divaksin, saya sudah 63 tahun nih. Mau semua yang semua usianya boleh, misalnya hidup di DKI Jakarta semua anak cucu saya dapat sanksi Rp5 juta mending saya bayar, gua jual mobil kek. Bagaimana (itu, sebab) orang Biofarma juga masih bilang (vaksin Sinovac) belum uji klinis ketiga dan lain-lain,” tuturnya.

Faktanya pada pertengahan April 2020, Tiongkok menyetujui untuk memulai uji klinis kandidat vaksin Covid-19 yang dikembangkan oleh Sinovac.

Baca Juga: Terancam Dipolisikan Usai Ramal Jokowi Lengser 2021, Mbak You: Saya Jelaskan yang Diganti...

Setelah pertengahan 2020, CoronaVac, nama vaksin dari Sinovac, diuji klinis fase III di Turki, Indonesia, Brazil, dan Chile (termasuk di Tiongkok dan masih berlangsung).

Hasil analisis sementara (interim) uji klinis fase III di Turki menunjukkan efikasi 91,25 persen, sementara di Indonesia 65,3 persen.

Di Brazil awalnya menyebut efikasi 78 persen (efektif untuk melindungi dari kasus Covid-19 yang gejala ringan hingga parah) lalu diperbaharui menjadi 50,4 persen dengan memasukan data sekelompok kasus infeksi sangat ringan.***

Editor: Mela Puspita

Sumber: Instagram @bpptkg

Tags

Terkini

Terpopuler