Tak Terima Pandji Hina NU, Gus Miftah Emosi di Podcast Deddy: Ini Data dari Mana?

22 Januari 2021, 15:42 WIB
Pandji Pragiwaksono buka suara soal tuduhan pro FPI. /Twitter @pandji

PR PANGANDARAN – Belum lama ini konten podcast Pandji Pragiwaksono membuat heboh dunia maya karena dirinya membandingkan organisasi masyarakat FPI, yang sudah dibubarkan pemerintah, dengan NU dan Muhammadiyah.

Meski Pandji Pragiwaksono hanya mengutip ucapan dari Sosiolog Thamrin Amal Tomagola, banyak yang tidak terima atas hal itu.

Sebab, dikatakan Pandji dalam podcast miliknya bahwa menurut Sosiolog Thamrin Amal Tomagola, FPI dipandang dekat dengan masyarakat, sedangkan NU dan Muhammadiyah tidak.

Baca Juga: Sempat Malu Miliki Ayah seperti Sule, Rizky Febian: Kenapa Bapak Diketawain Banyak Orang?

“FPI itu dekat dengan masyarakat. Ini gue denger dari Pak Tamrin Tomagola, dulu tahun 2012, kalau misalkan ada anak mau masuk di sebuah sekolah, kemudian ga bisa masuk, itu biasanya orang tuanya datengi FPI minta surat. Dibikinin surat ke FPI, dibawa ke sekolah, itu anak bisa masuk. Terlepas dari isi surat itu menakutkan atau tidak, tapi nolong warga gitu,” ujar Pandji di Podcast Pandji Pragiwaksono yang diunggah pada Senin, 4 Januari 2021.

Lebih lanjut, Pandji Pragiwaksono pun mengungkapkan bahwa FPI itu terkenal disukai oleh masyarakat yang berada di kalangan bawah itu karena kaum elit dari organisasi masyarakat Islam besar yakni Nahdlatul Ulama (NU), dan Muhammadiyah dianggap jauh dari masyarakat.

“FPI itu hadir gara-gara dua ormas besar Islam (NU dan Muhammadiyah) jauh dari rakyat. Mereka elit-elit politik. Sementara FPI itu dekat. Kalau ada yang sakit, ada warga yang sakit mau berobat, ga punya duit, ke FPI, kadang-kadang FPI ngasih duit, kadang FPI ngasih surat. Suratnya dibawa ke dokter, jadi diterima,” ujar Pandji mengungkapkan.

Baca Juga: Gara-gara Video Syur 19 Detik Bareng Gisel Beredar, MYD Diputuskan Pacar: Orang Lokal Dia

Mendengar hal tersebut lantas memancing kemarahan Gus Miftah yang merupakan pengikut NU saat hadir di acara podcast Deddy Corbuzier yang diunggah pada Jumat, 22 Januari 2021 yang kemudian dikutip PikiranRakyat-Pangandaran.com.

Gus Miftah mengaku tidak bisa melarang Pandji untuk menyukai FPI, namun dirinya merasa tidak terima apabila NU dibandingkan dengan ormas yang telah dibubarkan tersebut.

Menurutnya, ucapan Pandji sangat tidak pas untuk didengar karena perbandingan tersebut tidak sesuai dengan data yang valid.

Baca Juga: Sembuh dari Covid-19, Dewi Perssik Putuskan Donor Plasma: Tuhan Maha Tahu!

“Saya nggak bisa melarang Pandji untuk mencintai FPI, mendukung FPI, begitu juga Panji nggak bisa ngelarang saya dong untuk tidak mencitai Nadlatul Ulama (NU).

Tapi kemudian sama sekali tidak pas ketika dia membandingkan FPI dengan ulama, apalagi katanya NU jauh dengan masyarakat, ini data dari mana?” ujarnya Gus Miftah Geram.

“Ini perbandinagnnya tidak matching. Satu, kita lihat dari segi lahir. Muhammadiyah sudah 1 abad lebih. NU sudah hampir 1 abad. FPI dari kapan sih? Survey dari LSI 2020 berapakah jumlah NU, Muhammadiyah dan ormas-ormas lain?

Baca Juga: Terbaring di RS Kala Sang Kekasih Ultah, Chef Juna Covid-19: Aku Akan Segera Sembuh!

Dari 87% masyarakat muslim Indonesia, yang jadi orang NU menurut LSI, 49,5%, Muhammadiyah 4,5%, sementara FPI Cuma nol koma sekian persen. Kalau misal berbicara soal sumbangsih untuk bangsa, waduh banyak pahlawan nasional dari Nadlatul Ulama, sumbangsih untuk bangsa, resolusi jihad, pancasila Wahid Hasjim, dan seterusnya. Kemudian kalau berbicara soal pendidikan..,” ujar Gus Miftah.

Belum selesai Gus Miftah berbicara, Deddy Corbuzier pun menyambung ucapannya.

“Katanya adalah bahwa ada anak mau sekolah, nggak diterima sama sekolahnya udah gitu minta surat sama FPI, akhirnya diterima,” ujar Deddy.

Baca Juga: 2 Kali Beraksi, Pelaku Eksibisionisme ke Istri Isa Bajaj Ngaku Baru Nonton Video Porno

“La ini hanya dibandingkan dengan satu surat, gara-gara dari satu surat katakanlah itu benar dari kawan-kawan FPI, bisa diterima dari sekolah (kemudian) dibandingkan dengan NU,” ujar Gus Miftah.

“Sumbangsih terhadap pendidikan di Indonesia, puluhan ribu pesantren di Indonesia dan itu banyak yang gratis pesantrennya bahkan ribuan belum yang di Jatim, belum yang di Sragen, nahdlatul hidayatullah  santrinya ribuan kan,” ungkapnya.

“Artinya kalau perbandingannya hanya dengan satu surat dari FPI kemudian bisa diterima di sekolah, yang kemudian Pandji bilang ini kyai jauh dari masyarakat. Kyai NU 24 jam bro dari urusan dunia sampai urusan kematian itu orang NU,” ujarnya menambahkan.

Baca Juga: Harapan Trump Patah, AS Kembali Bergabung dengan WHO dan Siap Salurkan Vaksin Covid-19

Oleh sebab itu, menurutnya, perkataan Pandji ini dirasa kurang tepat karena hal itu seolah dirinya hendak memprovokasi NU dan FPI yang tidak ada permasalahan apa pun saat ini.

“Karena seolah-olah si Pandji ini menjadi provokatif terhadap kawan-kawan Nadlatul Ulama. Sekarang gini, saya ceramah, lalu saya mengutip perkataannya Bung Karno, boleh saja.

Saya ngutip kalimatnya Deddy Corbuzier soal pendidikan bahwa guru itu nggak lebih pinter daripada murid, umpamanya. Kan sah-sah aja.

Baca Juga: Harapan Trump Patah, AS Kembali Bergabung dengan WHO dan Siap Salurkan Vaksin Covid-19

Tapi kemudian konteksnya ini yang nggak pas. Konteksnya nggak pas, waktunya nggak pas. Ini lagi ayem-ayem begini nggak ada apa-apa antara NU dan FPI, fine saja karena FPI juga sudah nggak ada kan, tau-tau kok dibandingkan dengan FPI, itu yang sangat menyakitkan menurut saya,” ujar Gus Miftah mengungkapkan letak kesalahan Pandji. ***

Editor: Ayunda Lintang Pratiwi

Sumber: YouTube Sobat Dosen

Tags

Terkini

Terpopuler