Pemerhati Budaya Sumba Ungkap Fakta di Balik Video Mengerikan yang Diduga Praktik 'Kawin Tangkap'

28 Juni 2020, 18:50 WIB
Ilustrasi. /Pexels /

PR PANGANDARAN - Pemerhati Budaya Sumba, Pater Robert Ramone CSsr menjelaskan terkait video viral di media sosial Twitter yang menyebut praktik kawin paksa di Sumba, NTT.

Pater mengungkap bahwa kejadian itu benar adanya, mengenai seorang wanita yang ditangkap para pria, namun bukan tradisi 'kawin paksa' seperti di era 1970-1980-an.

Ia mengungkap bahwa perempuan yang diseret merupakan M. Diketahui M dan seorang pria W telah hidup bersama setahun di kos. Dalam perjalanannya, keduanya mengalami suatu permasalahan.

Baca Juga: Tradisi 'Kawin Tangkap' Viral Usai Video Wanita Nangis dan Teriak Akibat Diseret Para Pria Beredar

Oleh karena itu, pihak keluarga mengadakan pertemuan di tikar adat membahas permasalahan tersebut. Tetapi, dari pertemuan itu belum ada solusi.

Pihak kos akhirnya memberi sejumlah arahan, agar masalah tersebut diselesaikan lantaran mereka dinilai warga sering terdengar cekcok di kos.

Akhirnya, ketika M sedang duduk di depan kos, warga sekitar memboyongnya ke suatu tempat untuk dipertemukan kepada W.

Baca Juga: Fenomena Unik Indonesia, Kenampakan 'Salju' yang Menutupi Sungai di BKT Jadi Tontonan Warga

Kejadian itu kemudian viral dengan dinarasikan adanya tradisi kawin paksa di NTT.

"Keluarga wanita mengikuti serta melaporkan W ke polisi. Tak lama setelah itu, M sudah kembali ke keluarganya," ujar Pater.

Lebih lanjut, Pater juga menjelaskan bahwa saat ini, menurut dia, tradisi kawin paksa sudah jarang terjadi.

Baca Juga: Pecahkan Rekor Dunia, 10 Juta Penduduk Bumi Dinyatakan Positif Covid-19 Hanya dalam Waktu 6 Bulan

Seperti diberitakan PikiranRakyat-Pangandaran.com sebelumnya, viral di media sosial, sebuah video menunjukan seorang perempuan menangis dan berteriak digotong sejumlah pria dan dibawa masuk ke satu rumah di Kabupaten Sumba Tengah, NTT.

Selain itu, video lainnya menunjukan seorang perempuan 'diculik' oleh empat pria saat berada di satu terminal di Kota Weetabula, Kabupaten Sumba Barat Daya.

Belakangan diketahui, video itu diduga merupakan rangkaian dari tradisi 'kawin tangkap', praktik yang dianggap lazim di kalangan masyarakat Sumba, khususnya di daerah pedalaman.

Baca Juga: Iduh Adha saat Pandemi Covid-19, PP Muhammadiyah: Sebaiknya Kurban Diganti dengan Sedekah Uang

Kendati demikian, praktik itu tidak sesuai dengan adat yang sesungguhnya. Menurut Rambu kepada Antara, pada zaman dulu, ia menuturkan, orang yang menjalankan praktik kawin tangkap harus berasal dari keluarga kaya karena mahar yang harus dibayarkan ke pihak perempuan besar.

Perempuan yang akan 'ditangkap', menurut dia, juga sudah dipersiapkan, sudah didandani dengan pakaian adat lengkap, gelang gading, dan aneka perhiasan.

Pria yang akan menikahi perempuan itu pun mengenakan pakaian adat lengkap dan menunggang kuda berhias kain adat.

Baca Juga: Resmi Jadi Mualaf, Marcell Darwin Ungkap Alasan Sering Tolak Tawaran Ikut Kajian Agama Islam

Setelah perempuan 'ditangkap', pihak laki-laki akan mengirim utusan ke keluarga perempuan untuk menyampaikan informasi mengenaikejadian kawin tangkap tersebut.

Namun, menurut Rambu, sekarang praktik kawin tangkap lebih mengarah pada penculikan dan membuat kaum perempuan Sumba, khususnya di Sumba Tengah, Sumba Barat, dan Sumba Barat Daya, hidup dalam ketakutan.***

Editor: Ayunda Lintang Pratiwi

Sumber: Permenpan RB

Tags

Terkini

Terpopuler