Sebar Informasi Saat Indonesia Merdeka, Intip Sejarah di Balik Hari Radio Nasional 11 September

11 September 2020, 11:59 WIB
Momen di 11 September, Salah Satunya Sejarah Radio Republik Indonesia /

PR PANGANDARAN - Tepat hari ini 11 September, masyarakat Indonesia tengah merayakan Hari Radio Nasional. Tanggal tersebut diabadikan berdasarkan tanggal berdirinya Radio Republik Indonesia (RRI) pada 11 September 1945.

Sebelum era digital, radio memiliki tempat tersendiri dalam sejarah Indonesia. Perangkat elektronik itu menjadi bagian penting dalam perkembangan media informasi.

Jika menilik ke belakang, sebelum RRI berdiri, radio pun sudah menjadi media utama penyebaran informasi proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia.

Baca Juga: Jakarta Ketar-ketir Dihadang Corona, Anies Baswedan Mengaku Terapkan PSBB Lagi Sesuai Arahan Jokowi

Setelah teks proklamasi dibacakan oleh Soekarno, radio kemudian menyebarkan isi teks tersebut melalui siaran Kantor Berita Domei di Jakarta.

“Atas kemauan sendiri, dilandasi keteguhan dan keyakinan kaum buruh Kantor Berita Domei menyiarkan berita proklamasi kemerdekaan melalui radio sehingga dapat ditangkap di mana-mana.

"Lebih kurang setengah jam kemudian barulah proklamasi diketahui pihak Jepang,” tulis Slamet Muljana dalam bukunya Kesadaran Nasional, Dari Kolonialisme Sampai Kemerdekaan, Jilid II (2008).

Baca Juga: Mengaku Terlibat Bunuh Editor Metro TV Yodi Prabowo, Seorang Pria Digelandang Polisi

Selain di Jakarta, kabar proklamasi kemerdekaan pun disebarkan oleh Kantor Berita Domei di Bandung dan menyebar hingga ke daerah-daerah.

“Berita mengenai proklamasi mencapai kantor Domei (kantor berita Jepang) di Bandung lewat radio pada 17 Agustus 1945 siang. Dari situ, berita merambat ke seluruh kota, diikuti dengan cepat oleh bantahan resmi dari Jepang,” tulis John R.W. Smail dalam bukunya Bandung Awal Revolusi:1945-1946 (2011)

John R.W. Smail mencatat bahwa ketika itu masyarakat Bandung masih kebingungan dengan apa yang dimaksud proklamasi dan merdeka. Semua menjadi jelas ketika pada 23 Agustus 1945, pidato Sukarno disiarkan melalui radio.

Baca Juga: 'Imperfect' Gaet 7 Nominasi Festival Film Bandung, Berikut 4 Film Hits yang Disutradarai Ernest

Selain soal berita dalam negeri, beberapa orang di Bandung juga dapat mengetahui situasi yang terjadi di dunia internasional.

“Sekitar beberapa puluh orang yang lainnya di Bandung memiliki akses ke berita radio dari luar negeri”, tulis John R.W. Smail.

Dikutip dari laman kpi.go.id, tersebar kabar bahwa kedatangan sekutu untuk melucuti persenjataan tentara Jepang akan diboncengi Belanda.

Baca Juga: Langkahi Jokowi Gegara Putuskan PSBB secara Sepihak, Anies Baswedan Dicap Layak Diberhentikan

Mengetahui hal tersebut, orang-orang Indonesia yang aktif di bidang penyiaran radio segera menyadari akan pentingnya radio. Sebagai media komunikasi, radio akan bermanfaat sekali jika terjadi perang.

“Radio dipilih sebagai alat komunikasi karena lebih cepat dan tidak mudah terputus saat pertempuran,” tulis Komisi Penyiaran Indonesia dalam laman resminya kpi.go.id.

Pada 11 September 1946, perwakilan dari delapan stasiun radio di Jawa berkumpul dan mengadakan rapat di rumah Adang Kadarusman.

Baca Juga: Dikebumikan Kemarin, Ternyata Jakob Oetama Pernah Tuai Kritik karena Tak Tegas Saat Era Soeharto

Hadir pula Abdulrachman Saleh dari Jakarta, Soetaryo dari Purwokerto, Soemarmadi dan Sudomomarto dari Yogyakarta, Soehardi dan Harto dari Semarang, Soetarji Hardjolukita dan Maladi dari Surakarta, serta Darya, Sakti Alamsyah dan Agus Marahsutan dari Bandung.

Hasilnya, peserta rapat sepakat mendirikan RRI dan Abdulrachman Saleh sebagai pemimpinnya.

Selain itu, rapat tersebut juga menghasilkan deklarasi yang disebut piagam 11 September 1945. Isinya adalah tiga butir komitmen tugas dan fungsi RRI atau dikenal sebagai Tri Prasetya RRI.***

Editor: Suci Nurzannah Efendi

Sumber: KPI

Tags

Terkini

Terpopuler