Joe Biden di Ambang Kemenangan, Indonesia akan Miliki Banyak Ruang Negosiasi antara AS dan Tiongkok

7 November 2020, 09:09 WIB
Calon Presiden Amerika Serikat dari Partai Demokrat Joe Biden janji ke umat Islam. /Instagram/@joebiden

PR PANGANDARAN - Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia memprediksi Joe Biden akan menang dalam Pilpres Amerika Serikat (AS) 2020 melawan rivalnya Presiden Donald Trump.

Dengan kemenangan terbaru Biden di Georgia dan Pennsylvania, maka Trump sudah tidak dapat mencapai 270 elektoral untuk menjadi presiden.

Bagi Indonesia, terpilihnya Biden sebagai Presiden AS tetap tidak akan signifikan mengubah kebijakan AS di Indonesia. Sejak Barack Obama menjadi Presiden AS hingga Donald Trump, kebijakan AS terhadap Indonesia AS tidak berubah.

Baca Juga: Tak Pernah Terjadi Sebelumnya, Hasil Pilpres AS 2020 Diprediksi Keluar Lebih Lambat, Ini Penyebabnya

"Tetapi impact (dampaknya) pada Indonesia dengan terpilihnya Biden akan membuka lebih banyak ruang untuk negosiasi antara AS dan RRC (Tiongkok, red). Dimana Indonesia akan memiliki kesempatan lebih besar untuk berperan penting meredakan ketegangan di kawasan," kata Ketua Bidang Hubungan Luar Negeri Partai Gelora Indonesia, Henwira Halim, Sabtu, 7 November 2020, dikutip PikiranRakyat-Pangandaran.com dari RRI.

Menurut Henwira, ketegangan antara AS dan Tiongkok akan tetap betlanjut dalam hal unjuk kekuatan pertahanan dan militer. AS tetap akan menggelontorkan anggaran besar untuk mengimbangi kekuatan militer Tiongkok.

"AS selalu memandang harus ada perimbangan terhadap perkembangan militer RRC terutama aktivitas mereka di Kawasan Laut Cina Selatan. Kerjasama pertahanan ini yang harus dimanfaatkan betul Indonesia," jelasnya.

Baca Juga: BTS Kokoh di Puncak Selama 30 Bulan, Simak Peringkat Reputasi Brand Boy Grup Bulan November 2020

AS memandang Indonesia sebagai jangkar ASEAN yang berpotensi sebagai sekutu untuk mengimbangi kekuatan Tiongkok di Laut Cina Selatan.

AS dan Tiongkok kompak menilai Indonesia sebagai negara ASEAN yang memiliki kredibilitas tinggi sebagai negara yang netral.

"Karena itu, Indonesia bisa berkontribusi meredakan ketegangan antar kedua kekuatan global tersebut, AS dan Tiongkok. Indonesia harus aktif melakukan pendekatan kepada keduanya untuk mencari cara pendekatan alternatif yang dapat mengurangi ketegangan militer," tuturnya.

Baca Juga: Minta Prioritaskan Nakes di Zona Merah, Mulyanto Berharap Vaksinasi Covid-19 di Indonesia Tak Molor

Ketua Hubungan Luar Negeri Partai Gelora ini menegaskan Indonesia punya peran strategis untuk menyelesaikan konflik di Laut Cina Selatan. Sehingga Indonesia harus bisa menjawab tantangan kepemimpinan ASEAN dalam mencari solusi damai.

"Jadi Indonesia punya peran strategis untuk lebih aktif berdiplomasi melakukan engagement (keterikatan, red) bukan saja ke ASEAN, tapi juga ke RRC untuk mencari cara-cara damai menyelesaikan sengketa wilayah di kawasan Laut Cina Selatan," tegasnya.

Henwira menegaskan, hanya kepemimpinan Indonesia yang bisa menyatukan ASEAN guna berunding dengan Tiongkok dalam rangka menyelesaikan klaim sepihaknya terhadap wilayah-wilayah negara-negara ASEAN di Laut Cina Selatan.

Baca Juga: Semakin Dekat Kuasai Gedung Putih, Biden Salip Trump hingga Unggul di Georgia dan Pennsylvania

"Tanpa kemimpinan Indonesia akan berat bagi ASEAN untuk bisa kompak dan padu dalam upaya menyelesaikan permasalahan di Laut Cina Selatan. Indonesia dipandang sebagai negara netral, meskipun wilayahnya di Natuna juga diklaim Tiongkok," ungkapnya.

Henwira menambahkan, ketegangan antara AS dan Tiongkok yang akan dihentikan Joe Biden jika terpilih sebagai Presiden AS hanya masalah perang dagang saja, bukan kekuatan pertahanan atau militernya.

"Biden diperkirakan menghentikan perang dagang AS-RRC. Mungkin akan menghidupkan kembali prakarsa pakta perdagangan Trans Pacific Partnership yang dicanangkan oleh Barack Obama, namun dibatalkan oleh Donald Trump," tandasnya.***

Editor: Nur Annisa

Sumber: RRI

Tags

Terkini

Terpopuler