Network
Ia menjelaskan, penelitian tentang ganja sudah ada, bahkan sudah berbentuk jurnal.
“Jurnal sudah ada, dan beberapa kali @pduipusatofficial juga mengadakan webinar soal ini,” ungkap dr. Tirta.
Baca Juga: Takut Anaknya Dilecehkan, Orang Tau di Korea Selatan Habiskan Rp1 Miliar untuk Melihat CCTV
dr. Tirta menyampaikan, pereda nyeri yang terkandung dalam ganja perlu diteliti lebih lanjut.
“Apalagi di kala covid 19 begini. Potensi penggunaan ganja sebagai agen ‘pain relief’ bisa berguna dan harus diteliti,” tuturnya.
Lebih lanjut, dr. Tirta menjelaskan kandungan dalam ganja. Vaksin sudah memiliki persetujuan penggunaan dalam kondisi darurat atau EUA, dan ia berpikir ganja juga harusnya bisa.
Baca Juga: Cek Fakta: Tri Rismaharini Dikabarkan Mengundurkan Diri Jadi Menteri Sosial, Simak Faktanya
“Ada genose. Plasma konvalesen. Yg diteliti lhoh -.- Bahkan vaksin aja ada EUA. Kenapa ganja tidak bisa? Hehe jangan berpikir sempit, memang narkotika golongan 1, dan ini yg mempersulit industri farmasi. Tapi namanya ilmu tu dinamis sodara2,” tegas dr. Tirta.
Menurut dr. Tirta, legalisasi diperlukan untuk mencegah penyalahgunaan ganja.
“Payung hukum, harus dibuat terlebih dahulu. Jika penyalahgunaan ganja menjadi masalah, toh ada obat2 macem morphine, aprazolam juga izin edarnya ketat sekali. Selama ada payung hukum, semua penyalahgunaan akan bisa dicegah,” pungkasnya.
Artikel Rekomendasi