Setelah itu meningkat lagi secara drastis pada tanggal 23 April sebesar 9.219 ton per hari.
Hendra menjelaskan pantauan dari magma itu berhubungan dengan peningkatan aktivitas erupsi Gunung Anak Krakatau saat ini.
Peningkatan belerang dioksida yang signifikan, lanjut dia, itu menandakan munculnya suplai magma baru dan adanya material magmatik yang keluar ke permukaan berupa lontaran material pijar yang diikuti oleh aliran lava.
Baca Juga: Tanggal Berapakah Lebaran Idul Fitri 1443 H? Saksikan Sidang Isbat Kemenag Akhir Pekan Ini
Jumlah belerang dioksida yang mencapai 9,2 kiloton, mendekati kuantitas pengeluaran saat erupsi periode 2018, yaitu Juni-Agustus 2018 yang mencapai 12,4 kiloton, lalu pada September-Oktober 2018 sebanyak 19,4 kiloton.
Sementara berdasarkan Peta Kawasan Rawan Bencana (KRB) menunjukkan hampir seluruh tubuh Gunung Anak Krakatau yang berdiameter lebih kurang 2kilometer itu merupakan kawasan rawan bencana.
Berdasarkan data-data visual dan instrumental potensi bahaya saat ini, adalah lontaran material pijar dalam radius 2 kilometer dari pusat erupsi.
Baca Juga: Lepas dari Persib Bandung, Kiper Ini Hijrah ke Dewa United FC. Dapat Komentar ini dari Kapten Jupe
Oleh karena itu masyarakat yang bermukim atau yang beraktivitas di luar jarak radius 5 kilometer dari pusat kawah relatif aman.
"Termasuk masyarakat yang melakukan mudik menggunakan transportasi kapal laut yang jaraknya puluhan kilometer (dari Gunung Anak Krakatau)," ujar Hendra, , dikutip Pangandaran Talk dari Antara, Selasa (26/42022).
Artikel Rekomendasi