Network
Untuk isi konten pendidikan juga sudah ada di Youtube dan Google, sehingga menurut Fahri, hal tersebut seharusnya bisa dijadikan salah satu cara untuk memajukkan pendidikan di Indonesia.
“Kan TV lokal juga banyak. Konten ada di YouTube dan Google. Daring kan juga bisa pakai studio TV lokal. Ada lah caranya. Masa sih kita kehabisan akal. Maksud saya, ini krisis kan krisis tapi TV-TV enggak kelihatan ada krisis kok. Ajarin rakyat dong, ini revolusi mental kan,” katanya.
Baca Juga: BTS hingga BLACKPINK, Intip 5 Idol K-Pop yang Berhasil Gaet Musisi Barat Gebrak Blantika Musik Dunia
Apalagi dalam masa pandemi Covid-19 ini seluruh pelajar baik dari tingkat TK/PAUD hingga jenjang Perguruan Tinggi masih melakukan pembelajaran secara daring.
“Seharusnya dalam krisis ini banyak hal yang baru yang harus kita pelajari, yang lama saja masih banyak yang ketinggalan”, ucapnya.
Fahri menilai, acara TV di Indonesia untuk saat ini juga banyak yang masih tidak menarik untuk ditonton.
Baca Juga: BTS hingga BLACKPINK, Intip 5 Idol K-Pop yang Berhasil Gaet Musisi Barat Gebrak Blantika Musik Dunia
Tak hanya itu, ia juga mengaku dirinya kerap kali menonton TV dari negara-negara maju, di mana acara yang disiarkan TV negara-negara maju notabene tentang pendidikan.
"Saya tuh nonton TV negara-negara maju. Memang isinya pendidikan semua. Tapi TV kita isinya kalau gak sadis ya lucu, atau joget, atau sedih. Pagi diajak nangis malam diajak ketawa. Ampun deh pendidikan bangsa ku! Ini kan ada corona!," tulis Fahri.
"Mubazir saja medium “public education” kita. Negara adalah penyelenggara pendidikan rakyat. Dan semua ijin frekuensi diberikan “untuk mencerdaskan kehidupan bangsa”. Jadi di negara demokrasi “revolusi mental” tetap bisa dijalankan. Apalagi di masa pandemi dan krisis ekonomi," sambungnya.
Artikel Rekomendasi