Bisa Deteksi hingga 3 Hari Sebelum Terjadi Gempa, Berikut Penjelasan Sistem Canggih dari Tim UGM

- 27 September 2020, 18:27 WIB
Early Warning System Universitas Gadjah Mada Yogyakarta yang terkoneksi ke ponsel. [Foto: UGM].
Early Warning System Universitas Gadjah Mada Yogyakarta yang terkoneksi ke ponsel. [Foto: UGM]. /

Tak sampai di situ, sistem pun memanfaatkan teknologi internet of thing (IoT) di dalamnya.

Sistem tersebut telah sukses memprediksi sejumlah gempa yang terjadi di tanah air. Misalnya ketika memprediksi gempa bumi di Barat Bengkulu M5,2 pada 28 Agustus 2020, Barat Daya Sumur di Banten M5,3 pada 26 Agustus 2020.

Baca Juga: Miris! Hadirkan Ribuan Orang dalam Gelaran Konser Dangdut, Kapolsek Tegal Dicopot dari Jabatannya

Kemudian gempa Barat Daya Bengkulu M5,1 pada 29 Agustus 2020, Barat Daya Sinabang Aceh M5,0 pada 1 September 2020, Barat Daya Pacitan M5,1 pada 10 September 2020, Tenggara Nagan Raya di Aceh M5,4 pada 14 September 2020 dan lainnya.

Sistem deteksi ini baru ada lima stasiun pantau/EWS yang tersebar di DI Yogyakarta yang dalam setiap 5 detik mengirimkan data ke server melalui IoT.

"Lima stasiun EWS ini masih di sekitar DIY. Jika seandainya terpasang di antara Aceh hingga NTT kita dapat memperkirakan secara lebih baik, yakni dapat memprediksi lokasi lebih tepat /fokus," terangnya.

Baca Juga: Presiden Iran Tuduh Amerika Serikat Lagi-lagi Lakukan Hal 'Biadab' Gara-gara Ini

Menurut Sunarno, sistem tersebut dikembangkan sebagai mekanisme bentuk kesiapsiagaan masyarakat, aparat, dan akademisi demi mengurangi risiko bencana.

Oleh karena itu sistem tersebut akan terus dikembangkan. Sehingga dapat memprediksi waktu terjadinya gempa, lokasi koordinat episentrum gempa hingga magnitude gempa secara tepat.

Sebelumnya, masyarakat dihebohkan dengan penelitian soal potensi gempa yang mengakibatkan tsunami setinggi 20 meter di Selatan Jawa.

Halaman:

Editor: Suci Nurzannah Efendi

Sumber: UGM


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah