Tak sampai di situ, sistem pun memanfaatkan teknologi internet of thing (IoT) di dalamnya.
Sistem tersebut telah sukses memprediksi sejumlah gempa yang terjadi di tanah air. Misalnya ketika memprediksi gempa bumi di Barat Bengkulu M5,2 pada 28 Agustus 2020, Barat Daya Sumur di Banten M5,3 pada 26 Agustus 2020.
Baca Juga: Miris! Hadirkan Ribuan Orang dalam Gelaran Konser Dangdut, Kapolsek Tegal Dicopot dari Jabatannya
Kemudian gempa Barat Daya Bengkulu M5,1 pada 29 Agustus 2020, Barat Daya Sinabang Aceh M5,0 pada 1 September 2020, Barat Daya Pacitan M5,1 pada 10 September 2020, Tenggara Nagan Raya di Aceh M5,4 pada 14 September 2020 dan lainnya.
Sistem deteksi ini baru ada lima stasiun pantau/EWS yang tersebar di DI Yogyakarta yang dalam setiap 5 detik mengirimkan data ke server melalui IoT.
"Lima stasiun EWS ini masih di sekitar DIY. Jika seandainya terpasang di antara Aceh hingga NTT kita dapat memperkirakan secara lebih baik, yakni dapat memprediksi lokasi lebih tepat /fokus," terangnya.
Baca Juga: Presiden Iran Tuduh Amerika Serikat Lagi-lagi Lakukan Hal 'Biadab' Gara-gara Ini
Menurut Sunarno, sistem tersebut dikembangkan sebagai mekanisme bentuk kesiapsiagaan masyarakat, aparat, dan akademisi demi mengurangi risiko bencana.
Oleh karena itu sistem tersebut akan terus dikembangkan. Sehingga dapat memprediksi waktu terjadinya gempa, lokasi koordinat episentrum gempa hingga magnitude gempa secara tepat.
Sebelumnya, masyarakat dihebohkan dengan penelitian soal potensi gempa yang mengakibatkan tsunami setinggi 20 meter di Selatan Jawa.
Artikel Rekomendasi