Masih Gelar Demo Tolak UU Cipta Kerja? Coba 3 Ide Ini untuk Aksi yang Lebih Kreatif Tanpa Anarkis

- 22 Oktober 2020, 17:30 WIB
Ilustrasi aksi demo buruh: Demokrat dukung legislative review sebagai upaya penolakan UU Cipta Kerja.
Ilustrasi aksi demo buruh: Demokrat dukung legislative review sebagai upaya penolakan UU Cipta Kerja. /ANTARA

PR PANGANDARAN - Aksi demonstrasi bukanlah hal yang tabu bagi negara demokrasi. Bahkan sejarah telah mencatat sekian banyak aksi yang punya peran penting yang menghasilkan perubahan-perubahan di Indonesia.

Beberapa waktu belakangan ini pun aksi demonstrasi terus berlangsung yang dilakukan mahasiswa. Terutama ditujukan untuk menolak Undang-Undang Cipta Kerja yang telah disahkan oleh pemerintah.

Kendati demikian, banyak yang menyayangkan ketika aksi demonstrasi tersebut kemudian tak sedikit yang kemudian diikuti dengan tindakan kerusuhan hingga merusak fasilitas umum.

Baca Juga: Kenang Perjuangan Santri Lawan Penjajah Belanda hingga Resolusi Jihad, Menag: Selamat Hari Santri

Pertanyaannya adalah apakah aksi penyampaian aspirasi selalu identik dengan massa yang turun ke jalan hingga melakukan perusakan? Lalu mungkinkah ada cara jitu yang lain?

Sepertinya menyuarakan pendapat bisa dilakukan dengan berbagai cara yang kreatif.

Dilansir Pangandaran.Pikiran-Rakyat.com dari laman RRI dengan judul "Catat, Berikut Ide Demo Kreatif Anti Anarkis" pada Kamis, 22 Oktober 2020, berikut tiga cara alternatif untuk unjuk rasa secara lebih kreatif yang bisa jadi pilihan.

1. Pamer seni tulisan

Salah satu peserta dari massa aksi yang hampir tak pernah absen adalah mahasiswa. Sebagai kelompok terpelajar, mahasiswa punya potensi besar untuk mengemukakan aspirasi dengan cara yang lebih kreatif. Misalnya saja dengan seni menulis.

Baca Juga: ShopeePay Perkuat Keamanan Akun Pengguna dengan Rekognisi Wajah dan Sidik Jari

Tulisan merupakan hasil kebudayaan manusia yang bisa dikatakan media jitu untuk menyalurkan gagasan dan kritik berkaitan dengan isu yang dianggap sangat perlu disampaikan.

Melalui tulisan, seseorang bisa mengungkapkan pendapatnya secara sistematis dan pastinya akan dapat lebih diterima dan disebarluaskan dengan mudah.

Terlebih jika hal kreatif itu dilakukan secara lebih kekinian dengan memanfaatkan media online, dijamin persebarannya akan lebih luas. Mulai dari menuliskan gagasan di segala bentuk platform media hingga di media sosial pribadi. Apabila tulisan itu kreatif dan kritis, tentunya gagasan seseorang berpotensi untuk menjadi wacana.

Baca Juga: Telkomsel Bikin Challenge Berhadiah Rp2,5 Juta Peringati Sumpah Pemuda, Ini Syarat dan Ketentuannya!

Kendati demikian, seseorang tetap harus memperhatikan aspek kritis, logis dan sistematis. Hindari menulis tanpa mengetahui betul dan dapat mempertanggungjawabkan kebenaran isinya. Jangan sampai serupa peribahasa "Tong Kosong Nyaring Bunyinya".

2. Melalui pameran seni atau sastra

Selain lewat tulisan, melakukan festival seni yang dikemas semenarik mungkin juga sangat layak menjadi media untuk menyuarakan pendapat.

Misalnya saja dengan menyelenggarakan acara layar tancap berupa pemutaran film yang diikuti dengan diskusi-diskusi, pameran fotografi, pembacaan puisi dan monolog, gelaran aksi teatrikal, atau bisa juga melakukan flash mob dengan gerakan yang ciyamik.

Baca Juga: Cek Fakta: Benarkah Terlalu Sering Pakai Masker Bisa Sebabkan Kekurangan Oksigen? Ini Kebenarannya

Dibanding dengan demonstrasi yang berpotensi memicu tindakan perusakan, tidak ada salahnya untuk mencoba lakukan hal kreatif dan inovatif. Siapa tahu dapat menarik perhatian pemerintah dan kemudian akan mendengarkan pesan tuntutan dari massa aksi?

3. Festival musik

Musik sejak lama telah menjadi media penyampaian pesan kritis. Publik Indonesia tak pernah lupa dengan lagu-lagi Iwan Fals misalnya. Festival musik bisa jadi penyampaian aspirasi secara elegan.

Lewat musik, orang-orang dengan gagasan yang sama biasanya akan saling bertemu dan kemudian berdiskusi satu sama lain.

Baca Juga: Saling Lempar Kritik hingga Bentrok, Puluhan Pendukung Setia Trump 'Lawan' Warga AS Pro Biden

Festival musik perlu dikemas secara menarik supaya para penonton yang hadir tidak menjadi bosan. Pada kesempatan itu, massa yang jadi pihak penyelenggara sekaligus dapat melakukan penggalangan dana bagi yang sedang membutuhkan.

Terutama mereka yang terkena damlak pandemi Covid-19 atau yang menjadi korban bencana alam seperti marak terjadi saat ini. Selagi menyampaikan aspirasi juga dapat saling berbagi.***

Editor: Ayunda Lintang Pratiwi

Sumber: RRI


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah