Heni tak seperti pemuda kebanyakan, selepas masa SMA, dirinya mulai bekerja keras sebagai Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Hongkong. Ketika bekerja di Negeri Mutiara dari Timur itu, Heni tekun belajar menjadi seorang Baby Sitter.
Baca Juga: Tiongkok Temukan Virus Corona Baru pada Kemasan Daging Sapi Asal Amerika Latin
Menariknya, setiap bulan Heni rajin me nyisihkan gajinya untuk mendapat buku-buku idamannya. Tak terasa buku koleksinya telah mencapai 3.000. Waktu terus berjalan, Heni mantap untuk daftar kuliah di kampus Saint Mary’s University.
Tak ada usaha yang sia-sia, setelah berkuliah dari tahun 2008 sampai 2011, Heni berhasil lulus dan menyabet gelar sarjana lulusan terbaik di Hongkong, ia cumlaude.
Kuliah selesai, Heni pun kembali ke Indonesia. Pada tahun 2013, ia mendirikan Gerakan Anak Petani Cerdas dan AgroEdu Komunitas Jampang.
Baca Juga: Diduga Hina Habib Rizieq, Intip 5 Fakta Kasus Nikita Mirzani Perang dengan Ustaz Maaher di Medsos
Lewat organisasi tersebut, secara gratis Heni membantu memberi pendidikan bagi anak petani yang kurang mampu.
Dedikasinya itu mengantarkan Heni dianugerahi penghargaan sebagai satu dari sekian banyak anak milenial di bawah usia 30 tahun yang paling berpengaruh di Asia untuk kategori sosial dari Majalah Forbes.
"Memberi bukan karena kelebihan tapi karena tahu rasanya tidak punya apa-apa," tutur Heni seperti dikuti Yasa dalam unggahan akunnya.
Baca Juga: Tiongkok Temukan Virus Corona Baru pada Kemasan Daging Sapi Asal Amerika Latin
Artikel Rekomendasi