PR PANGANDARAN - Momen pergantian pucuk pemimpin Israel rupanya disambut gembira oleh sebagian besar warga Israel yang anti Benjamin Netanyahu, seolah bebas dari 12 tahun kekuasaan sebagai Perdana Menteri Israel.
Salah satunya adalah pria tua berusia 60 tahun bernama Ossie yang melangkah keluar rumah untuk menyaksikan sejarah saat ketua parlemen mencatat hasil pemungutan suara, kemudian hasilnya turun: 60 untuk Naftali Bennett, 59 untuk Benjamin Netanyahu.
"Saya tidak bisa bicara. Ini adalah mimpi yang menjadi kenyataan," ungkap Ossie tentang pergantian Perdana Menteri Israel dari Benjamin Netanyahu ke Naftali Bennett.
"Saya berharap itu akan bertahan, setidaknya satu tahun," tambahnya, seperti dikutip dari Straits Times.
Baca Juga: Tinggalkan Daarut Tauhiid Usai Ditalak 3 Aa Gym, Teh Ninih Kini Fokus Mendirikan Pesantren Baru
Dalam memenangkan suara legislatif Israel, pemerintah baru yang dipimpin oleh anggota parlemen sayap kanan Naftali Bennett mengakhiri rekor 12 tahun kekuasaan Benjamin Netanyahu.
Di Rabin Square Tel Aviv, para demonstran anti-Netanyahu menyuarakan musik menggelagar setelah menyerukan agar dia mundur selama lebih dari setahun terakhir.
"Bibi pulanglah," teriak seorang pria dari podium.
Baca Juga: Optimis Kain Tenun Bima Masuk Pasar Ekspor, Sandiaga Uno: Dipasarkan hingga Kancah Internasional
Di Tel Aviv yang liberal, mengakhiri era Benjamin Netanyahu dianggap sebagai momen bersejarah.
"Saya sedikit terkejut karena kami menunggu begitu lama untuk momen ini," kata pria berusia 49 tahun, Chen Nevo yang datang ke alun-alun bersama anak-anaknya yang masih kecil meskipun sudah larut malam.
"Mereka seharusnya tidur sekarang, tapi saya pikir itu benar-benar momen penting."
Sebagai informasi, perdana menteri yang baru, Naftali Bennett adalah tokoh sayap kanan, seorang nasionalis religius yang pendukungnya termasuk pemukim kontroversial.
Namun untuk Chen Nevo, pemerintah baru mungkin aneh, tetapi dia percaya pada orang-orang yang duduk di sana.
"Saya tidak tahu apakah pemerintah akan bertahan, tetapi ini adalah perubahan, dan kami membutuhkan perubahan," katanya sambil membawakan lagu "Imagine" John Lennon yang menjadi soundtrack adegan itu.
Kemudian, seorang warga Israel berusia 48 tahun, Rubi Sofer juga tiba di perayaan itu bersama keluarganya.
Mereka berempat mengenakan kaos hitam bertuliskan huruf putih menandakan gerakan protes anti-Netanyahu, yang telah menjadi ciri kehidupan Israel setiap hari Sabtu selama setahun di bawah slogan: "Keluar".
"Kami sama sekali tidak menyukai Bibi," kata Sofer, seraya menambahkan bahwa mereka telah menghadiri protes setiap akhir pekan selama 10 bulan.
Meski Naftali Bennett bukan pengganti impian, tetapi pekerja konstruksi itu mengatakan secara pragmatis, bahwa untuk memenangkan pertarungan, terkadang perlu kalah dalam pertempuran kecil, sehingga pemimpin baru harus ada untuk menggantikan Benjamin Netanyahun.
"Masyarakat Israel membutuhkan obat," pungkas Sofer.***