Terancam Tumbalkan 500 Ribu Ekor Hiu, Ternyata Ini yang Dicari Pembuat Vaksin Covid-19

30 September 2020, 08:30 WIB
Ilustrasi ikan hiu /istockphoto

PR PANGANDARAN – Pandemi Covid-19 yang kini masih berkecamuk di banyak negara membuat berbagai pihak terus memutar otak untuk mencari jalan keluarnya.

Sebagian percaya bahwa jalan keluar terbaik dari situasi pandemi seperti ini adalah dengan segera menghadirkan vaksin warga dunia.

Oleh karena itu berbagai kajian kesehatan dan penelitian terus diupayakan oleh sejumlah negara. Mereka berlomba-lomba untuk menciptakan vaksin Covid-19.

Baca Juga: Pergoki Kekasih Bersama Pria Lain di Kamar Hotel, Dua Lelaki Adu Jotos di Atas Ranjang hingga Viral

Setiap dari mereka yang tengah membuat vaksin Covid-19 tentu berbeda dalam formula dan bahan pembuatannya.

Kabar mengejutkan yang sedang berkembang berkaitan dengan itu adalah tentang adanya sejumlah kandidat vaksin yang membutuhkan squalene atau minyak alami yang diproduksi di hati ikan hiu.

Diketahui bahwa squalene dibutuhkan dalam pembuatan vaksin Covid-19 sebagai bahan untuk meningkatkan efektivitas vaksin, sehingga tercipta imun yang lebih kuat.

Baca Juga: Sempat Viral Lewat Celotehan Ade Londok, Penjual Odading Curhat ke Jokowi dan Kantongi Bantuan Modal

GlaxoSmithKline, perusahaan farmasi asal Inggris itu tengah menggunakan squalene dari ikan hiu untuk vaksin Covid-19 yang mereka produksi.

Perusahaan bahkan menyebut akan memproduksi satu miliar dosis bahan squalene pada Mei 2021 nanti. Cara tersebut tentu akan mengancam populasi ikan hiu.

Kelompok peduli ikan hiu di California, Amerika Serikat, “Shark Allies” mengungkapkan ada sekitar 250.000 hiu yang harus dibunuh jika seluruh dunia menerima satu dosis vaksin itu.

Baca Juga: Tak Kunjung Datang Saat Diundang, Berikut Sederet Sindiran Halus Najwa Shihab untuk Menkes Terawan

Jumlah tersebut tentu akan berlipat ganda bila yang dibutuhkan adalah dua dosis vaksin corona. Bila harus begitu, maka akan ada 500 ribu ekor hiu yang dibunuh.

Cara itu, menurut Shark Allies, tidak akan bisa dipergunakan dalam jangka panjang dan bertentangan dengan prinsip berkelanjutan.

"Menghasilkan sesuatu dari hewan liar tidak akan pernah berkelanjutan, terutama jika itu adalah predator teratas yang tidak berkembang biak dalam jumlah besar," tutur Stefanie Brendl, pendiri dan direktur eksekutif Shark Allies, seperti dikutip dari telegraph.co.uk pada Minggu, 27 September 2020.

Baca Juga: Update Covid-19 Dunia per Selasa, 29 September 2020: Kasus Kematian Tembus 1 Juta, AS Masih Memimpin

Mengingat hewan yang disasar oleh perusahaan kesehatan itu adalah jenis yang menduduki puncak ekosistem dan butuh waktu lama untuk bertambah populasi kembali.

"Terutama jika itu adalah predator teratas yang tidak berkembang biak dalam jumlah besar," lanjut Stefanie.

Menurut Stefanie, perusahaan-perusahaan itu perlu menemukan terobosan alternatif selain dari squalene. Ia mencontohkan bahan dasar seperti dari sintetis tebu yang difermentasi.

Baca Juga: Ada Bar 'Eksis' Dekat Gedung DPR, Citra dan Moral Anggota Dewan Dipersoalkan Publik

Kebingungan soal berapa jumlah hiu yang harus menjadi tumbal atas terciptanya vaksin, hingga kini terus menimbulkan banyak pertanyaan dan pro kontra.

“Ada begitu banyak yang tidak diketahui tentang seberapa besar dan berapa lama pandemi ini akan berlangsung, lalu berapa banyak versinya yang harus kita lalui, sehingga jika kita terus menggunakan hiu, jumlah hiu yang diambil untuk produk ini bisa sangat tinggi, tahun demi tahun,” pungkas Stefanie.***

Editor: Ayunda Lintang Pratiwi

Sumber: Telegraph RRI

Tags

Terkini

Terpopuler