Beredar Isu, Benarkah Penggunaan Termometer Inframerah Bisa Rusak Otak Manusia? Begini Faktanya

- 27 Agustus 2020, 06:44 WIB
TIM medis Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran memeriksa suhu tubuh pengunjung Gedung Rektorat, Jatinangor, dengan termometer inframerah, Kamis 12 Maret 2020. Bagi pengunjung yang suhu tubuhnya lebih dari 38,5 derajat celcius dirujuk untuk melakukan pemeriksaan kesehatan di fasilitas kesehatan.*
TIM medis Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran memeriksa suhu tubuh pengunjung Gedung Rektorat, Jatinangor, dengan termometer inframerah, Kamis 12 Maret 2020. Bagi pengunjung yang suhu tubuhnya lebih dari 38,5 derajat celcius dirujuk untuk melakukan pemeriksaan kesehatan di fasilitas kesehatan.* /HUMAS UNPAD/

Baca Juga: Hati-hati! 5 Ciri Rekan Kerja Toxic ini Wajib Dihindari, Salah Satunya Penjilat

“Cahaya memiliki kapasitas yang sangat rendah untuk menembus penghalang yang dibentuk oleh tengkorak, bahkan jika panjang gelombang inframerah lebih mudah menembus,” ucap Gabrielle Girardeau, peneliti ilmu saraf di Institut Nasional Penelitian Kesehatan dan Medis, dikutip World Today News.

Dengan ini, maka sudah jelas bahwa berita termometer inframerah merusak jaringan otak maupun kelenjar pineal adalah hoaks belaka. Adapun alasan termometer jenis ini digunakan karena ia bersifat non-kontak.

Sebagaimana disampaikan Administrasi Makanan dan Obat Amerika Serikat (FDA), pengukuran suhu dapat dilakukan dengan cara demikian menggunakan termometer inframerah.

Baca Juga: CATAT! Jika Masuk dalam Kriteria ini, Pelaku UMKM Tidak Bisa Nikmati Bantuan Rp 2,4 Juta

Selain itu, alat ini menampilkan pembacaan yang cepat meski tidak menyentuh dan dapat digunakan serta dibersihkan dengan mudah.***

Halaman:

Editor: Evi Sapitri

Sumber: RRI


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah