Pembungkaman Online: Donald Trump Diblokir Facebook, Twitter, YouTube, Instagram dan Shopify

9 Januari 2021, 08:00 WIB
Presiden Amerika Serikat Donald Trump. /Pixabay/kalhh/

PR PANGANDARAN – Setelah massa menghancurkan Capitol AS yang diduga dihasut oleh Presiden Donald Trump pada hari Rabu, 6 Januari 2021, CEO Facebook Mark Zuckerberg mendeteksi adanya amukan yang diduga telah direncanakan selama berminggu-minggu di media sosial.

Hal tersebut yang kemudian memperpanjang pemblokiran sementara akun Facebook dan Instagram milik Trump dengan batas waktu yang belum dipastikan, atau setidaknya selama dua minggu.

Dikutip PikiranRakyat-Pangandaran.com dari The Register, Zuckerberg memberikan pernyataan terkait alasannya memperbolehkan Donald Trump memberi akses untuk berbicara.

“Karena kami percaya bahwa publik memiliki hak untuk mengakses sebanyak mungkin tentang pidato politik, bahkan pidato kontroversial,” ujarnya.

Baca Juga: Teka-Teki Kematian Pramugari Asal Filipina, Terekam CCTV Sedang Berciuman Sebelum Meninggal

Meski demikian, menurutnya, konteks yang dilakukan oleh Trump saat ini sangat berbeda. Sebab, platformnya justru dipakai untuk menjembatani transisi kekuasaan yang damai dan sesuai hukum menjadi suatu yang merusak.

"Konteks saat ini sekarang secara fundamental berbeda, melibatkan penggunaan platform kami untuk menghasut pemberontakan dengan kekerasan terhadap pemerintah yang dipilih secara demokratis,” ujarnya.

Oleh sebab itu, Juru Bicara Facebook memberlakukan larangan pada semua iklan tentang masalah sosial, pemilu, dan politik di bulan yang sebelumnya dan itu tetap berlaku untuk semua politisi atau pejabat terpilih.

Baca Juga: Sukses Jadi Aldebaran di Ikatan Cinta, Arya Saloka Cerita Awal Karier Pernah Dibayar Rp75.000

Dengan demikian Facebook akan juga akan menghapus konten yang mengandung unsur berikut:

  1. Pujian dan dukungan atas penyerbuan Capitol AS
  2. Panggilan untuk membawa senjata ke lokasi di seluruh AS - tidak hanya di Washington tetapi di mana pun di AS - termasuk protes
  3. Menghasut atau mendorong acara di Capitol, termasuk video dan foto dari para pengunjuk rasa. Pada tahap ini, mereka mewakili promosi aktivitas kriminal yang melanggar kebijakan kami.
  4. Seruan untuk protes - bahkan yang damai - jika mereka melanggar jam malam di DC
  5. Upaya untuk mengulangi kekerasan besok atau dalam beberapa hari mendatang

Baca Juga: Melanggar Transfer Kekuasaan Damai AS, Trump Klaim Tidak Hadir dalam Pelantikan Joe Biden

Ujaran kebencian dan seruan kekerasan di grup juga akan dibatasi dengan meningkatkan berbagai kebijakan yang ada.

  1. Meningkatkan persyaratan admin Grup untuk meninjau dan menyetujui unggahan sebelum mereka bisa mempublikasikannya
  2. Menonaktifkan komentar secara otomatis pada unggahan di Grup yang mulai memiliki tingkat perkataan yang mendorong kebencian atau konten yang memicu kekerasan, dan
  3. Menggunakan AI untuk mendemosikan konten yang kemungkinan melanggar kebijakan kami.

 Baca Juga: Vaksin Moderna Ikut Ambil Bagian dalam Vaksinasi Inggris, Kemenkes Setuju Beli 10 Juta Dosis

Tidak hanya Facebook, Twitter mengambil langkah serupa pada hari Rabu, menonaktifkan akun @realDonaldTrump Presiden selama setidaknya 12 jam dengan syarat ia menghapus tiga tweet yang melanggar aturan. 

Peringatan dapat ditangguhkan secara permanen jika ada lagi pelanggaran aturan.

Demikian juga dengan YouTube yang sebelumnya telah memutar kembali konten pemberontakan dengan melakukan pembatasan sementara pada channel yang mengunggah informasi yang keliru, termasuk milik Presiden Trump.

 Baca Juga: Twitter Permanen Ban Akun Trump, Demokrat Bergerak Maju Proses Pemakzulan Presiden AS

Juru bicara YouTube Alex Joseph mengatakan kepada The Register melalui email bahwa belum lama ini, situs tersebut telah menghapus ribuan video yang menyebarkan informasi yang keliru tentang klaim penipuan Pemilihan Presiden 2020, termasuk beberapa video yang diunggah Presiden Trump ke salurannya kemarin.

Selain itu, pada hari Kamis, 7 Januari 2021 waktu Amerika Serikat, platform e-niaga Shopify menutup toko yang dijalankan oleh Trump Organization (TrumpStore.com) dan kampanye Trump (shop.donaldjtrump.com).

"Shopify tidak mentoleransi tindakan yang memicu kekerasan," ujar juru bicara perusahaan kepada The Register melalui email. ***

 

Editor: Khairunnisa Fauzatul A

Sumber: The Register

Tags

Terkini

Terpopuler