Interaksi Langsung Berkurang, Cyberbullying Korea Malah Meningkat Di Tengah Pandemi

23 Januari 2021, 11:45 WIB
Ilustrasi korban Cyber Bullying yang bisa memicu untuk melakukan bunuh diri. /Dok. Mothersip.sg

PR PANGANDARAN – Pendidikan di Korea memiliki tantangannya sendiri dibanding negara lain, selain memiliki pendidikan yang ketat seperti anak sekolah dituntut belajar sampai malam, mereka pun sering menghadapi bullying.

Meskipun kasus bully di sekolah menurun akibat pandemi Covid-19, namun cyberbullying semakin meningkat karena pandemi Covid-19 yang berkepanjangan telah mengurangi interaksi langsung.

Dilansir PikiranRakyat-Pangandaran.com dari The Korea Times, satu dari 100 siswa di sekolah dasar, menengah, dan menengah atas di seluruh negeri mengalami kekerasan di sekolah pada tahun 2020.

Baca Juga: Wirda Mansur Dikaitkan Putra Syekh Ali Jaber, dari Hafizah Quran hingga Pebisnis Muda

Kasus cyberbullying pun tampaknya meningkat di kalangan siswa di tahun tersebut menurut laporan tahunan oleh Kementerian Pendidikan yang dirilis Jumat, 22  Januari 2021.

Cyberbullying sendiri adalah pelecehan di ruang online seperti internet dan telepon seluler. Pelaku melakukan pelecehan verbal atau menyebarkan informasi pribadi atau rumor tentang korban.

Dalam survei terhadap siswa kelas empat SD dan SMP, 0,9 persen mengaku pernah mengalami kekerasan di sekolah, turun 0,7 poin persentase dari 1,6 persen yang dilaporkan pada 2019.

Baca Juga: Pisah Rumah dengan Stefan William, Celine Bongkar Penyebab Keretakan Rumah Tangganya

Berkenaan dengan bentuk-bentuk kekerasan di sekolah yang dilaporkan oleh para korban, pelecehan verbal tampaknya paling banyak terjadi pada 33,6 persen, diikuti oleh bullying kelompok dan cyberbullying dengan masing-masing 26 persen dan 12,3 persen. Banyak jawaban diizinkan.

Penindasan kelompok penindasan di dunia maya ini meningkat masing-masing sebesar 2,8 persen dan 3,4 persen dari tahun sebelumnya. Sementara itu,  bentuk kekerasan lain di sekolah termasuk pelecehan verbal, pelecehan fisik, dan pengambilan uang menurun.

Kementerian tersebut mengatakan saat ini sedang mempelajari alasan penurunan kekerasan di sekolah secara umum, mencatat bahwa mereka akan menyusun rencana untuk mencegah kekerasan di sekolah untuk tahun 2021 berdasarkan hasil penelitian tersebut.

Baca Juga: Dibangunkan Untuk Sarapan, Pria Turki ini Justru Siram Air Mendidih Pada Istrinya

Metode penindasan maya bervariasi menurut platform, seperti mengeluarkan siswa dari ruang obrolan grup KakaoTalk di antara teman sekelas, memerintahkan siswa untuk melakukan sesuatu melalui pesan teks, menyebarkan informasi pribadi kepada orang lain melalui media sosial atau melecehkan orang lain secara lisan selama permainan online.

Baru-baru ini cyberbullying telah "berevolusi" dengan banyak fitur baru pada smartphone yang memberikan keuntungan bagi pelaku intimidasi.

Para remaja tersebut membuat grup chat room meninggalkan orang tertentu untuk sengaja membuat mereka merasa tersisih, atau korban  ditambahkan ke grup chat tanpa persetujuan mereka hanya untuk dilecehkan secara verbal.

Di Facebook, pelaku intimidasi sering menyebarkan rumor atau foto dengan konten seksual untuk mempermalukan korban secara publik hingga membuat mereka mengalami trauma psikologis.***   

Editor: Khairunnisa Fauzatul A

Sumber: The Korea Times

Tags

Terkini

Terpopuler