Ledakan Covid-19 Indonesia Disorot Media Asing, Para Ahli Soal Varian Delta: Sangat Buruk, karena Pemerintah..

24 Juni 2021, 08:45 WIB
Indonesia kembali disorot media asing soal ledakan Covid-19, apalagi para ahli sebut Varian Delta jadi sangat buruk karena sikap pemerintah. /Pixabay/TheDigitalArtist

PR PANGANDARAN - Para ahli mengungkapkan pengamatan terhadap kasus Covid-19 di Indonesia.

Ledakan kasus Covid-19 di Indonesia ini sampai disorot media asing karena sangat signifikan, terutama karena Varian Delta yang sudah masuk.

Seoerti PikiranRakyat-Pangandaran.com lansir dari kantor betita Al-Jazeera, ledakan kasus Indonesia ini diprediksi akan sangat buruk ke depannya.

Pemerintah menyalahkan Varian Delta untuk lonjakan kasus terbaru, tetapi para ahli mengatakan kegagalan kebijakan yang harus disalahkan.

Baca Juga: Kenang Video Joget-joget di 2009, Marshanda: Waktu itu Gue Dibilang Gila, Sekarang Sedunia Lakukan Itu

Pemerintah Indonesia sendiri terkesan menyalahkan munculnya Varian Delta sebagai penyebab lonjakan kasus Covid-19 ini.

Varian Delta yang ditemukan pertama kali di India membuat jumlah kasus baru setiap hari lebih dari tiga kali lipat dalam beberapa pekan terakhir.

Beberapa pakar penyakit menular terkemuka di Indonesia pun mengatakan alasan sebenarnya.

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin dalam sebuah seminar online mengungkapkan bahwa Varian Delta tersebut telah masuk ke Indonesia dan menyebar dengan cepat.

“Penyebaran varian virus ini sangat cepat,” ungkapnya.

Baca Juga: Jadwal TV Hari Ini, Kamis, 24 Juni 2021: Indosiar, Trans TV dan Trans7, Ada Copa America 2021

Kemudian, kasus Covid-19 Varian Delta ini dinilai masuk melalui pelabuhan akibat masuknya orang-orang dari India.

“Karena banyak pelabuhan di Indonesia yang mengangkut barang dan banyak juga yang berasal dari India, mereka masuk dari sana,” ujarnya.

Meski demikian, para ahli yang dimintai pendapat justru mengatakan Varian Delta bukanlah masalah utama.

Mereka mengatakan ledakan Covid-19 ini adalah hasil dari mudik lebaran yang banyak orang nekat lakukan.

Baca Juga: Tak Kaget Rezky Aditya Punya Anak di Luar Nikah, Feni Rose ke Razer Patricia: Berarti Udah Tau?

Meski adanya larangan mudik, tidak ada kebijakan kesehatan yang kohesif ditambah dengan pesan yang membingungkan, privatisasi pengujian, hingga pelacakan yang tidak efektif.

Meski dibatasi di bandara domestik dan terminal feri dari 22 April hingga 24 Mei, sekitar lima dan enam juta orang masih melakukan mudik, terutama di Jawa dan Sumatra yang padat penduduk.

Gusti Ngurah Mahardika selaku profesor Universitas Udayana dan ahli virus paling senior di Bali mengungkapkan bahwa varian Delta belum terbukti lebih mematikan dari varian Alpha yang sudah menyebar setahun di Indonesia.

Baca Juga: Intip Ramalan Zodiak Capricorn, Aquarius, dan Pisces 24 Juni 2021: Jangan Gelisah, Beri Waktu pada Pasanganmu

Ia justru mengatakan bahwa kasus Covid-19 Varian Delta ini menjadi kambing hitam karena pemerintah Indoneska tak mampu kendalikan pandemi.

“Hanya mendapat medali perak; juara di Indonesia masih varian Alpha. Saya yakin varian Delta dijadikan kambing hitam karena ketidakmampuan pemerintah mengendalikan pandemi," ujarnya.

Mahardika mengatakan hampir tidak mungkin untuk menunjukkan dengan tepat alasan ledakan kasus karena tingkat infeksi tidak terdata.

“Orang-orang yang bepergian selama Ramadhan (mudik) memainkan peran, tidak ada pertanyaan tentang itu,” ujarnya.

Baca Juga: Heboh Kalung Gigi Mirip Milik Ayu Ting Ting Rp8 M, Desainer Perhiasan: Kalung Ginian Jauh, Gak Sampai!

Selain itu, Mahardika menyoroti bagaimana pemerintah fokus pada ekonomi dan orang-orang mengalami kelelahan dan kelelahan dengan Covid-19 ini.

"Di ibukota (Bali) Denpasar tempat saya tinggal, kafe dan restoran penuh setiap malam," ungkapnya.

Ahmad Utomo, konsultan biologi molekuler di Jakarta yang mengkhususkan diri dalam diagnosis infeksi paru-paru, setuju bahwa varian Delta digunakan untuk mengaburkan manajemen pandemi yang salah.

“Saya sangat setuju dengan itu. Apapun variannya, butuh aktivitas manusia untuk mereplikasi,” ujarnya.

Baca Juga: Cek Terawang Zodiak Libra, Scorpio, dan Sagitarius 24 Juni 2021: Hal Terpendam Bocor Gegara Stres

Ia menambahkan, “Indonesia melakukan pekerjaan yang baik dalam pelacakan genom, begitulah cara mereka mengetahui varian Delta ada di sini".

Utomo pun mengayakan bahwa terlalu banyak orang yang tidak mematuhi prokes dan larangan bepergian.

Ia pun menikai bahwa pemerintah memperburuknya dengan gagal berinvestasi dalam pengujian dan pelacakan.

Dr Dicky Budiman, seorang ahli epidemiologi yang telah membantu merumuskan strategi manajemen pandemi Kementerian Kesehatan Indonesia selama 20 tahunnikut angkat suara.

Baca Juga: Cek Terawang Zodiak Libra, Scorpio, dan Sagitarius 24 Juni 2021: Hal Terpendam Bocor Gegara Stres

Ia mengatakan meskipun varian Delta lebih menular daripada varian Alpha, varian awal ini justru ysng membuat kondisi Indonesia buruk.

“Saat ini penyebaran varian Delta sangat kecil, sedangkan varian Alpha disebarkan oleh anggota masyarakat yang tidak mematuhi larangan bepergian,” ungkapnya.

Selain memyebut varian Delta kambing hitam, varian Alpha justru masih dominan.

Budiman bahkan memperingatkan bahwa hanya masalah waktu sebelum varian Delta mengambil alih.

Epidemiolog ini pun khawatir Indonesia akan segera menghadapi wabah yang sebanding dengan India.

"Varian Delta akan menyebabkan infeksi bulan depan," ujarnya.

Baca Juga: Junta Militer Myanmar Ucapkan Makasih pada Rusia, Setelah Jadi Pemasok Senjata

Ia memprediksi Juli akan ada beban kasus yang besar di masyarakat dan meningkatnya kematian di Jawa karena 40 persen penduduk Indonesia tinggal di pulau ini.

Selain berbahaya, kondisi pun akan sangat buruk dan angka kematian akan jauh lebuh tinggi.

“Ya akan menjadi sangat buruk dengan kematian yang jauh lebih tinggi karena kita dapat melihat dari apa yang terjadi di India bahwa polanya sangat jelas: Varian Delta berdampak jauh lebih keras di negara-negara yang tidak memiliki jarak sosial yang cukup, pemakaian masker, pengujian dan penelusuran serta vaksinasi," ujarnya.***

Editor: Khairunnisa Fauzatul A

Sumber: Al Jazeera

Tags

Terkini

Terpopuler