PR PANGANDARAN – Pemerintah Tiongkok mengabarkan berita baik bagi Anda penyuka Panda.
Panda, hewan gemuk berwarna hitam putih itu kini sudah tidak lagi 'terancam punah' menurut Pemerintah Tiongkok.
Tiongkok menjelaskan bahwa saat ini sudah ada 1.800 panda raksasa yang hidup di Negeri Tirai Bambu itu.
Angka tersebut menunjukkan, adanya peralihan status panda yang dulunya 'terancam punah', membaik menjadi 'rentan'.
Baca Juga: 9 Jenis Kepribadian Berdasarkan Enneagram, Salah Satunya Tipe Penyidik yang Cerdas Menafsirkan Dunia
Dikutip PikiranRakyat-Pangandaran.com dari World of Buzz, upaya Tiongkok dalam melakukan konservasi dalam upaya menyelamatkan spesies panda raksasa akhirya berbuah manis.
Lebih lanjut, upaya konservasi itu membuahkan hasil, karena panda raksasa bukan lagi salah satu spesies langka di Tiongkok.
Beijing mengumumkan bahwa setidaknya ada 1.800 panda raksasa di alam liar.
Hal itu menyebabkan posisi panda raksasa dinyatakan dalam keadaan ‘rentan’ dan tidak terancam punah.
Pernyataan itu disampaikan oleh laporan World Wild Life yang mengatakan ada 1.864 panda di alam liar.
Direktur Departemen Konservasi Alam dan Ekologi Tiongkok di bawah Kementerian Ekologi dan Lingkungan, Cui Shuhong mengatakan bahwa populasi beberapa spesies langka dan terancam punah lainnya di Tiongkok telah meningkat secara signifikan.
Spesies langka lainnya yang telah berkembang biak adalah harimau Siberia atau Amur, macan tutul Asia Timur Laut, juga disebut macan tutul Amur, gajah Asia, dan ibis jambul.
Dikutip dari The Guardian, Cui juga mengatakan bahwa deklarasi ini mencerminkan upaya nasional Tiongkok untuk melestarikan keanekaragaman hayati dalam beberapa tahun terakhir.
Pihak berwenang telah bekerja untuk memperluas habitat panda raksasa dan menanami kembali hutan bambu untuk memberi makan mereka.
Diketahui pada tahun 1990, panda dinyatakan terancam punah karena kurangnya habitat bambu.
Untuk diketahui, satu panda dewasa dapat memakan hingga 45 pon batang bambu setiap hari.
Meski tidak lagi terancam punah, panda masih akan menghadapi tantangan jangka panjang.
Menurut International Union for Conservation of Nature (IUCN), perubahan iklim dapat menghancurkan lebih dari 35 persen habitat bambu bagi panda dalam 80 tahun ke depan.***