Miliki Lebih dari 200 Gejala, WHO Akui 'Sangat Prihatin' dengan Kondisi Long Covid

5 Agustus 2021, 08:15 WIB
Ilustrasi Covid-19. Terdapat data ketersediaa tempat tidur di rumah sakit hingga update terbaru kasus Covid-19 di Indramayu hingga siang ini Selasa, 3 Agustus 2021. /Fusion Medical Animation/Pexels

PR PANGANDARAN - Dengan hampir 200 juta orang diketahui mengidap Covid-19, WHO mengatakan pada Rabu, 4 Agustus 2021 bahwa pihaknya sangat prihatin dengan jumlah tak dikenal yang mungkin masih menderita kondisi long covid.

WHO mendesak orang-orang yang berjuang dengan efek setelah terpapar Covid-19, meskipun telah pulih dari fase akut untuk segera mencari bantuan medis.

Kondisi long covid tetap menjadi salah satu aspek pandemi yang paling misterius, terutama dengan ditemukannya lebih dari 200 gejala dalam sebuah studi baru akhir-akhir ini.

Baca Juga: Ingin Wajah Semakin Glowing? dr. Zaidul Akbar Bagikan Tips Mudah dan Kiat-kiat Khusus

"Sindrom pasca-Covid ini, atau long covid, adalah sesuatu yang sangat dikhawatirkan oleh WHO," Maria Van Kerkhove, pemimpin teknis Covid-19 badan kesehatan PBB, mengatakan pada konferensi pers, sebagaimana dikutip PikiranRakyat-Pangandaran.com dari AFP.

WHO memastikan bahwa pihaknya memiliki pengakuan atas long covid, kondisi itu sangat nyata karena banyak yang menderita efek jangka panjang usai terpapar Covid-19.

"Kami tidak tahu berapa lama efek ini bertahan dan kami bahkan sedang mengerjakan definisi kasus untuk lebih memahami dan menggambarkan apa sindrom pasca-Covid ini," kata Van Kerkhove.

Baca Juga: Raffi Ahmad Ngaku Didatangi Almarhum Sapri Sebelum Meninggal: Demi Allah Gue Nggak Bohong!

Dia mengatakan WHO sedang bekerja untuk memiliki program rehabilitasi yang lebih baik untuk penderita long covid ditambah penelitian yang lebih luas untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang apa sindrom itu dan bagaimana hal itu dapat dikelola.

 

Sementara itu, WHO telah mengadakan serangkaian seminar tahun ini yang bertujuan untuk memperluas pemahaman tentang kondisi pasca-Covid, mendengar tidak hanya dari ilmuwan dan dokter tetapi juga langsung dari penderita itu sendiri.

Sedikit yang diketahui tentang mengapa beberapa orang, setelah melewati fase akut, berjuang untuk pulih dan menderita gejala yang berkelanjutan termasuk sesak napas, kelelahan ekstrim dan kabut otak serta gangguan jantung dan neurologis.

Baca Juga: Usai Rusak Wisma Olimpiade Tokyo, Atlet Australia Buat Onar di Pesawat: Muntah hingga Toilet Tak Bisa Dipakai

Janet Diaz, pemimpin perawatan klinis dalam program kedaruratan WHO yang memimpin upaya long covid, mengatakan ada lebih dari 200 gejala yang dilaporkan.

Mereka termasuk nyeri dada, kesemutan dan ruam, katanya pada sesi media sosial langsung WHO pada hari Selasa.

Diaz mengatakan beberapa pasien memiliki gejala yang berlanjut dari fase akut; yang lain menjadi lebih baik dan kemudian kambuh, dengan kondisi yang bisa datang dan pergi; sementara yang lain memiliki gejala yang baru muncul setelah sembuh dari fase akut.

Baca Juga: Terawang Zodiak Cancer, Leo, Virgo 5 Agustus 2021: Kesampingkan Ego, Bertemulah Jika Rindu Kekasih

Studi hanya dapat kembali sejauh pasien pertama yang pulih dari Covid-19, yang pertama kali muncul di Tiongkok pada Desember 2019.

Diaz mengatakan beberapa orang tampaknya memiliki kondisi pasca-Covid-19 selama tiga bulan, dan yang lain hingga enam bulan.

"Kami khawatir mungkin ada sebagian kecil yang berlangsung hingga sembilan bulan - dan lebih lama dari itu," kata Diaz.

Baca Juga: Lesti Kejora Inginkan Hidup 'Susah' Usai Menikah, Rizky Billar: Lah, Itu Permintaan Kamu Kan?

Pakar AS mengatakan belum sepenuhnya memahami apa yang menyebabkan gejala pasca-virus, dengan berbagai hipotesis termasuk masalah neurologis, respons kekebalan terhadap infeksi, dan virus bertahan di beberapa organ.

"Kami menyarankan siapa pun yang menderita efek jangka panjang untuk mencari bantuan," ungkap Van Kerkhove.***

Editor: Nur Annisa

Sumber: AFP

Tags

Terkini

Terpopuler