Perbandingan Dulu dan Kini saat Taliban Duduki Afghanistan, Begini Selengkapnya

25 Agustus 2021, 14:45 WIB
Ilustrasi. Peneliti The University of Melbourne dan Monash University mengungkap kondisi dulu dan kini saat Taliban menguasai Afghanistan. /Pixabay/ejbartennl

PR PANGANDARAN – Peneliti dari The University of Melbourne, Azadah Raaz Mohammad dan dari Monash University, Jenna Sapiano, angkat bicara soal konflik Taliban dan Afghanistan.

Peneliti dari 2 kampus tersebut bahkan membandingkan kondisi dulu dan kini saat Taliban menduduki wilayah Afghanistan.

Ada kondisi terkait Taliban dan Afghanistan yang diungkap peneliti tersebut, salah satunya  terkait nasib perempuan di Afghanistan.

Baca Juga: Lirik Lagu Red Lights - Stray Kids (Bang Chan dan Hyunjin) Dilengkapi Terjemahan Bahasa Indonesia

“Seiring Taliban mengambil alih kendali negara, Afghanistan telah kembali menjadi lokasi yang sangat berbahaya bagi perempuan,” ujar Azadah dan Jenna Sapiano.

Kondisi dulu yang dimaksud Azadah dan Jenna Sapiano adalah saat Taliban menduduki Afghanistan pada 1996 silam.

“Di bawah kekuasaan mereka, perempuan wajib menutup diri mereka dan hanya diperbolehkan untuk keluar bila ditemani oleh kerabat laki-laki,” ujarnya.

Baca Juga: Sindir Lesty Kejora karena Tak Diundang ke Pernikahan, Aty Kodong Banjir Hujatan Netizen: Sepi Job Ya?

“Taliban juga melarang anak-anak perempuan untuk bersekolah, dan melarang perempuan untuk bekerja di luar rumah,” tuturnya.

Dikutip Pikiran-Rakyat.Pangandaran.com dari The Conversation, peneliti menyebut para perempuan juga dilarang untuk ambil bagian di pemilihan umum.

“Perempuan dikenakan hukuman kejam karena tidak mematuhi aturan ini, termasuk dipukuli dan dicambuk, serta dirajam sampai mati jika terbukti melakukan perzinahan,” ujarnya.

Baca Juga: Viral di Medsos Penampakan Ular Besar Diduga Anakonda di Perkebunan Warga: Hati-hati Lur!

“Afghanistan saat itu memiliki angka kematian perempuan tertinggi di dunia,” ucapnya.

Kini di tahun 2021 saat Taliban kembali menduduki Afghanistan, pemimpin kelompok itu menyebut akan memberikan hak perempuan “sesuai dengan Islam”.

Hanya saja ada keraguan besar utamanya dari para pemimpin perempuan di Afghanistan, mereka menganggap Taliban akan menerapkan rezim represif lagi.

Baca Juga: Ikatan Cinta Hari Ini 25 Agustus 2021: Korbankan Diri, Jalan Nino Sukses Bongkar Identitas Reyna?

“Banyak warga Afghanistan marah dengan kembalinya Taliban dan bagaimana komunitas internasional mengabaikan mereka,” ujar Azadah dan Jenna Sapiano.

“Terjadi protes di jalanan. Perempuan bahkan mengangkat senjata untuk menunjukkan penolakan - sesuatu yang yang langka terjadi,” tuturnya.

Usai runtuhnya kekuasaan Taliban pada 2001, Azadah dan Jenna Sapiano menyebut kesejahteraan perempuan meningkat drastis.

Bahkan mereka menduduki posisi strategis seperti menteri, gubernur, duta besar, pasukan keamanan, hingga anggota polisi.***

Editor: Akhmad Jauhari

Sumber: The Conversation

Tags

Terkini

Terpopuler