Sebut Ada Kejanggalan Data Indonesia Soal Angka Kematian Akibat Covid-19, Media Asing Ini Beberkan Perbedaan

9 September 2021, 14:50 WIB
Sebuah media asing di Inggris sorot adanya kejanggalan data Indonesia soal pelaporan angka kematian akibat Covid-19, ini penjelasannya. /Pexels/cottonbro

PR PANGANDARAN - Indonesia yang masih melawan pandemi Covid-19 kini kembali disorot media asing ternama asal Inggris, The Economist, tepatnya mengenai angka kematian akibat Covid-19 yang diduga memiliki kejanggalan data.

Sebelum berdasarkan data media asing, total angka kematian akibat Covid-19 yang dilaporkan lembaga berwenang, tercatat ada 135.861 orang Warga Negara Indonesia (WNI), sehingga hal ini dinilai memiliki dugaan kejanggalan data.

Namun begitu, The Economist sebagai media asing yang tertarik menyoroti dugaan kejanggalan data di Indonesia, melaporkan angka kematian akibat Covid-19 yang berada di rentang 280 ribu sampai 1,1 juta orang WNI.

Artinya, angka kematian akibat Covid-19 versi The Economist itu 500 persen atau 5 kali lebih besar dari angka kematian yang disajikan rezim Presiden Jokowi.

Baca Juga: dr. Richard Lee Kritisi Perbedaan Prosedur Hukum dengan Kartika Putri: Apa Karena Saya Cuma Orang Biasa?

The Economist menyebut jika angka kematian yang didapat bisa saja berbeda dengan cara hitung pemerintah dalam merekap data.

Permodelan The Economist berdasar dari asumsi data resmi dari pemerintah sudah akurat.

Akan tetapi, di dalam perjalanan seiring dengan perkembangan kasus, pemerintah di suatu negara bisa saja mengubah indiktor dan definisi yang disebut kasus kematian akibat Covid-19.

Jika terjadi perubahan tersebut, The Economist menjelaskan bisa saja perhitungan model menjadi tidak reliabel.

Baca Juga: Ayu Ting Ting Unggah Foto Seksi, Netizen Merasa 'Tertipu' dengan Caption: Bikin Panik

Faktor lain, negara yang melaporkan angka kematian secara rutin dan relatif akurat adalah mereka berpendapatan tinggi dan menengah.

Sementara permodelan The Ecconomist menjadi kurang akurat jika tiba-tiba terjadi konflik atau bencana alam.

The Economist menyajikan data tentang berapa banyak jumlah korban meninggal akibat Covid-19.

"Jawabannya tergantung data yang tersedia dan tergantung bagaimana Anda mendefinisikan penyebab kematian," ungkap redaksi pada tulisan berjudul berjudul The Pandemic's True Death Toll itu.

Baca Juga: dr Richard Lee Pertanyakan Hukum di Indonesia: Kenapa Saya Diperlakukan Beda dengan Kartika Putri?

Dalam tulisannya, redaksi mengungkap ada perhitungan di mana sebenarnya meninggal akibat Covid-19, akan tetapi tidak menjalani tes maka tidak masuk hitungan resmi.

"Tidak sedikit pula yang dinyatakan meninggal karena Covid-19, padahal memiliki kondisi penyakit lain," katanya.

Artikel ini pernah tayang dengan judul "Media Asing Cium Kejanggalan Angka Kematian Covid-19 Indonesia Versi Data Pemerintah Jokowi"

Baca Juga: Ari Lasso Nekat Serahkan Catatan 'Warisan' Jelang Operasi, Respon Anaknya: Papa Apaan sih, Aku...

Kemudian ada juga yang sudah meninggal, sementara hasil tes masih menunggu lab, apakah masuk hitungan atau tidak, tergantung regulasinya.

"Ada kondisi yang membuat semakin rumit. Bagaimana orang yang meninggal karena terlambat mendapatkan penanganan di rumah sakit?" tutur redaksi pada tulisan tersebut.***(Rizki Laelani/Pikiran-Rakyat.com)

Editor: Khairunnisa Fauzatul A

Sumber: Pikiran Rakyat

Tags

Terkini

Terpopuler