PR PANGANDARAN - Pemimpin Tertinggi Korea Utara, Kim Jong Un, meninjau pameran sistem senjata yang langka dan berjanji untuk membangun militer yang tak terkalahkan. Karena ia menuduh Amerika Serikat (AS) sebagai akar penyebab ketidakstabilan.
Dalam upaya berkelanjutan yang nyata untuk membuat jurang pemisah antara Washington dan Seoul, Kim Jong Un juga mengatakan upayanya untuk membangun militernya bukan ditujukan kepada Korea Selatan dan tidak boleh ada perang lain yang mengadu domba orang-orang Korea satu sama lainnya.
Dikutip PikiranRakyat-
Baca Juga: Bank Dunia: Banyak Negara Miskin Pecahkan Rekor Utang Tertinggi Akibat Dampak Pandemi
Menyebut Amerika Serikat sebagai sumber ketidakstabilan di semenanjung Korea, Kim mengatakan bahwa tujuan terpenting negaranya adalah memiliki kemampuan militer yang tak terkalahkan, yang tidak bisa dikalahkan oleh siapapun.
Pemerintahan Biden telah berulang kali menyatakan tidak memiliki niat untuk bermusuhan dengan Korea Utara, tetapi Kim mengatakan kepada pameran itu “Saya sangat ingin tahu apakah ada orang atau negara yang percaya itu”.
“Tidak ada dasar dalam tindakan mereka untuk percaya bahwa itu tidak bermusuhan,” tambahnya.
Pyongyang berada di bawah beberapa sanksi internasional atas senjata nuklir dan program rudal balistiknya yang dilarang, yang telah berkembang sangat pesat di bawah kekuasaan Kim.
Pada tahun 2017, Kim Jong Un menguji rudal yang dapat mencapai seluruh benua AS dan melakukan ledakan nuklir paling kuat hingga saat ini, dan Pyongyang mengatakan perlu memperkuat persenjataannya untuk melindungi diri dari invasi AS.
Pada tahun 2018, Kim menjadi pemimpin Korea Utara pertama yang bertemu dengan presiden AS yang sedang menjabat di KTT Singapura, yang menjadi berita utama.
Baca Juga: 5 Tips Menjaga Hubungan Tetap Langgeng Seumur Hidup, Paling Utama Komunikasi!
Pemerintahan Biden mengatakan pihaknya bersedia bertemu dengan pejabat Korea Utara kapan saja, atau dimana saja, tanpa prasyarat, dalam upayanya mencari denuklirisasi.
Washington dan Seoul adalah sekutu keamanan dan Washington menempatkan sekitar 28.500 tentara di Korea Selatan, untuk mempertahankannya dari Korea Utara yang menyerbu pada tahun 1950.
Pyongyang menutup perbatasannya awal tahun lalu untuk melindungi diri dari pandemi Covid 19, yang pertama kali muncul di China, sekutu diplomatik utamanya dan penyedia utama perdagangan dan bantuan.
Sebuah panel ahli PBB mengatakan bulan ini bahwa Korea Utara terus mengejar pengembangan senjatanya meskipun mengalami kesulitan ekonomi.***