PR PANGANDARAN - Viral sebuah rumah di kota metropolitan Guangzhou, Provinsi Guangdong, China, diapit jalan layang atau flyover.
Seperti kata sebagai orang bahwa rumah memang menjadi istana bagi setiap orang untuk menjalani kehidupannya bersama keluarga.
Alih-alih tidak ingin rumahnya dijual, akhirnya pemerintah segera membangun jalan tol dengan rumah di tengahnya. Bangunan yang terselip di antara jalan raya bukan hal aneh di Negeri Tirai Bambu.
Baca Juga: Seolah Lamaran, Rizky Billar Ceritakan Alasan sang Ibu ke Rumah Lesty Hingga Bawa Seserahan
Dilansir PikiranRakyat-Pangandaran.com dari situs RRI, sebuah video di media lokal pada Senin (10 Agustus 2020) memperlihatkan bahwa rumah tersebut terjepit di antara dua sayap Jembatan Haizhuyong yang baru dibuka di kota metropolitan Guangzhou di Provinsi Guangdong.
Rumah itu pun di tengah jalan tol tersebut dikenal dengan dingzihu atau rumah paku. Hal tersebut dikarenakan pemerintah sudah membujuk si pemilik rumah selama 10 tahun untuk menjual rumahnya, tetapi si pemilik kekeh untuk mempertahankan layaknya paku beton.
Rumah satu lantai itu memiliki luas 40 meter persegi dan berlokasi di tengah jalan tol empat jalur. Laporan stasiun TV Guangdong, pemilik yang bermarga Liang mengaku menolak pindah karena tawaran dari pemerintah tak sesuai keinginannya.
Baca Juga: Akhirnya Pemerkosa Sekaligus Pelaku Teror 'Sudah Hamil?' Wanita di Bintaro Berhasil Ditangkap
Soal konsekuensi yang dihadapinya, Liang tidak keberatan. Ia pun tak peduli dengan apa pun yang orang pikirkan tentang keputusannya.
"Orang pikir ini lokasi rumah yang buruk, tapi aku merasa tenang di rumah sendiri. Rasanya bebas, menyenangkan dan nyaman," katanya sat dikutip dari stasiun TV Guangdong, Senin (10 Agustus 2020).
Dalam penelusurn yang ada Liang sempat meminta pemerintah memberinya empat apartemen, tapi hanya dua yang disetujui.
Baca Juga: Ilmuwan Italia Bongkar Fakta Baru Penyitas Covid-19: Cemas Lalu Insomnia Berujung Gangguan Jiwa
Bahkan Liang juga pernah mengklaim pemerintah menawarinya lahan pengganti di samping kamar mayat yang tentu saja ditolaknya.
Video tersebut hingga kini viral, diketahui pula bahwa Liang satu-satunya dari total 47 warga dan tujuh perusahaan yang masih bertahan.
Semua yang lainnya telah pindah pada September tahun lalu. Pihak berwenang menyebut telah menawarkan berbagai pilihan flat dan skema kompensasi tunai bagi warga tapi Liang menolak.***