Wanita ini Terror Pejabat Kirimkan Video Mayat Dimutilasi, Tak Terima Prosedur Pilpres AS

- 25 Desember 2020, 19:15 WIB
Bendera Amerika Serikat
Bendera Amerika Serikat /PIXABAY/Alexas_Fotos

PR PANGANDARAN – Seorang wanita New Hampshire menghadapi dakwaan federal karena diduga mengancam seorang pejabat pemilihan Michigan.

Diketahui wanita tersebut mengirimkan foto-foto berdarah mayat yang dimutilasi.

Katelyn Jones, 23 tahun dari Epping, dituduh mengirimkan pesan teks yang mengancam kepada ketua Dewan Canvassers Wayne County dari Partai Republik Monica Palmer pada 18 November lalu.

Baca Juga: Cantiknya Awet, Intip 2 Model Top dan Presenter Tahun 90an yang Kini Jadi Istri Menteri

Ancaman tersebut datang karena pejabat tersebut menolak mengesahkan hasil pemilihan presiden Amerika Serikat (Pilpres AS) yang mendukung Joe Biden.

Dalam satu pesan yang mengganggu, Jones diduga mengirim gambar  wanita berdarah, meninggal, telanjang serta dimutilasi.

 "F*king dengan pemilihan kami adalah terorisme, dan kami orang Amerika jelas tidak mentolerir teroris jadi ya Anda harus takut, putri Anda harus takut dan begitu juga (suami Anda)," kata teks tersebut.

Baca Juga: Bukan Hanya Home Alone, Berikut 15 Daftar Film yang Wajib Ditonton Saat Hari Natal

Palmer diduga menjadi sasaran kemarahan Jones setelah dia membatalkan suaranya untuk mengesahkan hasil pemilihan bulan lalu, dengan alasan tuduhan penipuan pemilih.

“Kamu telah membuat kesalahan besar. Saya harap Anda menyadarinya sekarang, ”Jones menulis di salah satu teks.

“(Kamu) seorang rasis yang menjijikkan,” lanjutnya.

Jones juga dituduh mengancamnya melalui Instagram.

“Hmmm, saya akan malu jika terjadi sesuatu pada putri Anda di sekolah,” ungkapnya.

Baca Juga: Bongkar Motif Teddy Ribut dengan Anak-anak Sule, Mbak You: Terawangan Saya, Dia Ingin ...

Ketika diinterogasi oleh FBI, Jones mengakui dia mengirim teks karena dia pikir Palmer mengganggu pemilihan.

Dia ditangkap Rabu di New Hampshire dan menghadapi hukuman 20 tahun penjara.

"Tuduhan dalam kasus ini seharusnya membuat kita semua jijik," kata Jaksa Penuntut AS Matthew Schneider dalam sebuah pernyataan.

"Tidak ada tempat di Michigan, atau di Amerika Serikat, untuk ancaman mengerikan seperti ini kepada orang-orang yang hanya melakukan apa yang mereka yakini benar," tambahnya.

Palmer menuai kecaman luas dan dituduh rasisme setelah dia memimpin rapat Dewan Canvassers pada 17 November, di mana dia mengutip masalah dengan surat suara yang tidak hadir di Detroit.***

Editor: Khairunnisa Fauzatul A

Sumber: New York Post


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah