Imbas Pandemi, Warga Thailand Memulihkan Kekayaan dengan Pemakaman Palsu

- 28 Januari 2021, 12:15 WIB
Ilustrasi pemakaman.
Ilustrasi pemakaman. /PIXABAY/ju-dit

PR PANGANDARAN - Di sebuah kuil di pinggiran Bangkok, para peserta ritual harian memegang seikat bunga dan berbaring di peti mati dengan selembar kain menutupi mereka saat para biksu bernyanyi.

Kuil Wat Bangna Nai di ibu kota Thailand menarik lebih dari 100 orang setiap hari yang memilih untuk melakukan upacara dengan harapan dapat meningkatkan keberuntungan mereka atau memberi mereka awal yang baru.

Dan setidaknya untuk beberapa orang, tekanan hidup selama pandemi telah membuat ritual menjadi lebih penting.

Baca Juga: Jabar Cari 5000 Pemuda untuk Jadi Petani 4.0, Ridwan Kamil: Tinggal di Desa, Rezeki Kota, Bisnis Mendunia!

"Saya harus mengakui bahwa saya stres akhir-akhir ini karena penghasilan saya berkurang karena pandemi dan saya yakin semua orang di sini merasakan hal yang sama," kata Nutsarang Sihard, pemilik warung berusia 52 tahun, yang ambil bagian dalam upacara tersebut seperti dikutip dari Reuters.

Peserta membayar 100 baht (setara Rp46.000 dengan kurs Rp14.000) untuk bunga, lilin, dan pakaian yang menjadi bagian dari upacara.

Mereka mengikuti instruksi para bhikkhu, dengan berbaring di peti mati dengan kepala menghadap ke barat, arah tubuh dikuburkan, sebelum berpindah sisi untuk melambangkan kelahiran kembali.

Baca Juga: Kritik Soal 'Jam Malam' Semasa PPKM, dr.Tirta: Corona Itu Gak Keluar di Malam Hari, Dasar Salah Kaprah!

“Saya merasa seperti terlahir kembali, hidup kembali dan menjadi orang baru,” kata Nutsarang.

Peserta lain pada upacara tersebut, Chonlathit Nimimenwai, mengatakan dia hadir karena seorang peramal mengatakan kepadanya bahwa hidupnya dalam bahaya.

“Itu membuat saya stres. Itulah mengapa saya di sini hari ini karena saya ingin merasa lebih baik," katanya.

Baca Juga: Rachel Vennya Jelaskan Postingan 'Divorce is Ok', Niko Malah Beri 1 Miliar Dollar Zimbabwe untuk Xabiru

Banyak kuil di Thailand mengadakan upacara serupa dan Prakru Prapath Waranukij, seorang biksu yang melakukan upacara ini, mengatakan bahwa meskipun ritual tersebut mendapat beberapa kritik secara online, dia merasa penting untuk merenungkan kematian.

“Ini mengingatkan orang bahwa suatu hari kita akan mati, jadi kita harus berhati-hati dengan cara kita menjalani hidup,” kata Prakru.***

Editor: Imas Solihah

Sumber: REUTERS


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x