Tiongkok dan AS Adu 'Berita', Media Amerika Soroti Kelalaian Wuhan Penyebab Covid-19

- 30 Januari 2021, 11:00 WIB
Bendera Amerika dan Tiongkok
Bendera Amerika dan Tiongkok /
PR PANGANDARAN -  Tiongkok dan Amerika saat ini sedang adu berita. Pihak Tiongkok mengatakan kecewa atas pemberitan media massa Amerika, karena selalu disalahkan terkait awal mula pandemi Covid-19.
 
Sedangkan media massa Amerika terus menyoroti kelalayan pemerintah Tiongkok dalam menanggani  pandemi Covid-19, di negaranya.
 
Dikutip PikiranRakyat-Pangandaran.com dari New York Post menagatakan bahwa Covid-19 sudah menghantam rumah sakit, dan tidak pihak yang berkuasa mau mengakuinya. 
 
 
Data CCTV pada Desember dari sebuah klinik swasta dekat Pasar Makanan Laut Huanan, tempat virus corona diyakini berasal, menunjukkan banjir pasien datang dengan keluhan demam, batuk, menggigil, dan sesak napas.
 
Pada saat yang sama, Kongres Rakyat Nasional  unjuk rasa bagi anggota Partai Komunis - diadakan di kota.
 
Pemerintah yang ragu-ragu mengakhiri acara usai, hingga akhirnya memiliki SARS-CoV-2. Bahkan kemudian, mereka meremehkannya.
 
 
“Virus korona baru ini tidak terlalu menular,” kata Li Gang, direktur Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Wuhan pada akhir Januari.
 
"Risiko penularan tetap rendah." Risikonya sangat rendah sehingga Wuhan mulai mengunci paksa empat hari kemudian.
 
Kota yang ramai berubah menjadi apokaliptik. Wang merekam video yang menayangkan para lansia yang ditolak di rumah sakit berkapasitas penuh, dan paramedis blok berjalan karena kota mendirikan penghalang di jalan untuk mencegah perjalanan dengan mobil.
 
 
“Kami tidak bisa menahannya di ambulans selamanya,” kata seorang pasien di luar rumah sakit yang tidak memiliki ruang lagi.
 
Sementara itu, pemerintah Tiongkok, tidak lagi dapat menyangkal keberadaan virus korona dan beralih ke propaganda sembrono yang diduga dikelola oleh pemerintah.
 
Bahkan salah satu warga menyatakan, bahwa keluarhanya tidak memiliki kebebasan berbicara. 
 
 
Ia menyatakan orang lain hanya akan berbicara secara terbuka setelah kamera dimatikan. 
 
Bahkan pada saat ia akan melakukan wawancara, ia sempat diganggu oleh orang dari pemerintahan. Ia mengklaim bahwa dia terserang Covid-19 bersama dengan putranya, pada bulan Desember, sedangkan wawancara tersebut sebulan sebelum China mengakui keberadaannya.***

Editor: Ayunda Lintang Pratiwi

Sumber: New York Post


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x