Kampanye tersebut mencakup warga Arab Israel dan warga Palestina yang tinggal di Yerusalem timur yang dicaplok, tetapi tidak termasuk warga Palestina yang tinggal di Tepi Barat di bawah pemerintahan otonomi Otoritas Palestina dan mereka yang tinggal di bawah pemerintahan Hamas di Gaza.
Otoritas Palestina telah mencoba memperoleh dosis melalui program WHO yang dikenal sebagai COVAX, tetapi program itu lambat dijalankan, meski bertujuan untuk mendapatkan vaksin bagi negara-negara yang membutuhkan cepat.
Dengan demikian, perselisihan tersebut mencerminkan ketidaksetaraan global dalam akses ke vaksin, karena negara-negara kaya menyedot sebagian besar dosis, membuat negara-negara yang lebih miskin semakin tertinggal dalam memerangi kesehatan publik dan efek ekonomi dari pandemi.***
Artikel Rekomendasi