Isu Muslim Uighur 'Dijual' Demi Ditukar Vaksin Covid-19, Turki dan Tiongkok Kompak Membantah

- 9 Februari 2021, 21:00 WIB
Muslim Uighur di Tiongkok.
Muslim Uighur di Tiongkok. /Dancingturtles.org

PR PANGANDARAN - Dua negara, Turki dan Tiongkok yang terseret soal isu kontroversial Muslim Uighur dijual demi ditukar vaksin Covid-19 akhirnya buka suara.

Pemerintah Turki kompak membantah Muslim Uighur 'dijual' ke Tiongkok demi ditukar dengan vaksin Covid-19.

Baik otoritas Turki maupun Tiongkok bersikeras membantah bahwa RUU ekstradisi tidak dimaksudkan untuk menyasar warga Muslim Uighur untuk dideportasi.

Baca Juga: Aura Kasih Ungkap Orang yang Tularkan Covid-19 Padanya: Dia Tuh Berpendidikan Banget Loh!

Media pemerintah Tiongkok menyebut kekhawatiran yang berkembang itu sebagai "noda."

Juru bicara kementerian luar negeri Tiongkok, Wang Wenbin membantah adanya hubungan saling menguntungkan antara vaksin dan RUU ekstradisi. 

"Saya pikir spekulasi Anda tidak berdasar," kata Wang dalam sebuah konferensi pers, seperti dilansir PikiranRakyat-Pangandaran.com dari laman Channel News Asia pada Jumat, 5 Februari 2021.

Senada dengan pemerintah Tiongkok, sebelumnya, pada bulan Desember 2020 lalu, Menteri Luar Negeri Turki, Mevlut Cavusoglu juga mengatakan bahwa penundaan vaksin tidak ada kaitannya dengan masalah Muslim Uighur.

“Kami tidak menggunakan Uighur untuk tujuan politik, kami membela hak asasi mereka,” kata Cavusoglu.

Baca Juga: Raffi Ahmad Klaim Keturunan Darah Biru: Iya Kakek Gua Penyebar Agama dari Pakistan

Seperti diketahui, lantaran memiliki ikatan budaya yang sama, Turki telah lama menjadi tempat berlindung yang aman bagi Muslim Uighur.

Terlebih, Muslim Uighur dikenal sebagai kelompok Turki yang berasal dari wilayah Xinjiang barat jauh Tiongkok.

Sebelumnya, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan secara lantang mengecam tindakan Tiongkok terhadap Muslim Uighur dan menyebutnya sebagai "genosida" yang telah berlangsung selama lebih dari satu dekade.

Namun, hubungan kedua negara seketika berubah usai adanya upaya kudeta di Turki pada 2016, yang membuat Erdogan mengasingkan diri dari pengaruh pemerintah negara-negara Barat.

Baca Juga: Bak Jatuh Tertimpa Tangga Pula, Edelenyi Laura Anna Kecelakaan, Lumpuh dan Diputus Gaga Muhammad

Dalam kondisi semacam itu, pihak yang menunggu untuk mengisi kekosongan adalah Tiongkok dengan langkah meminjamkan dan menginvestasikan dana miliaran di Turki.

Ikatan ekonomi kedua negara makin kuat, terutama setelah seorang eksportir yang memiliki lahan bisnis di Tiongkok ditunjuk sebagai duta besar Turki untuk Beijing.

Pembangkit listrik tenaga batu bara pun di tepi laut Mediterania Turki yang menghabiskan dana US $ 1,7 miliar (setara Rp23,7 triliun) dan bersumber dari pendanaan Tiongkok.

Bandara Istanbul pun memperoleh sertifikasi "Bandara Ramah Tiongkok" pertama di dunia yang menyisihkan konter check-in untuk menerima ribuan wisatawan dari Shanghai dan Beijing.

Baca Juga: Bak Khawatir Covid-19 dari Hewan, Korea Selatan Luncurkan Tes untuk Kucing dan Anjing Peliharaan

Terkait kebijakan ekstradisi, Tiongkok juga mulai meminta ekstradisi lebih banyak warga Uighur dari Turki. Informasi tentang hal itu pernah bocor ke publik pada 2016 lalu.

Keadaan Muslim Uighur di Turki sendiri saat ini terus diliputi kekhawatiran tentang akan disahkannya RUU ekstradisi oleh pemerintah Turki

Meski sedikit sekali dari perkiraan total jumlah 50.000 populasi Muslim Uighur di Turki yang benar-benar dideportasi, penahanan yang baru-baru ini terus terjadi telah membuat mereka takut.***

Editor: Khairunnisa Fauzatul A

Sumber: Channel News Asia


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah