Virus Nipah Sebabkan Kematian hingga 75 Persen, Dunia Bersiap untuk Pandemi Selanjutnya

- 21 Februari 2021, 10:45 WIB
Ilustrasi virus nipah dari China yang kembali menjadi ancaman dunia.
Ilustrasi virus nipah dari China yang kembali menjadi ancaman dunia. /Pixabay/Tumisu/Pixabay

 

PR PANGANDARAN - Para ahli mengatakan virus Nipah, yang menyebabkan pembengkakan otak, adalah salah satu dari sejumlah virus yang dapat menyebabkan pandemi selanjutnya.

Peringatan itu muncul karena Covid-19 telah menewaskan lebih dari dua juta orang di seluruh dunia.

Dr Rebecca Dutch, ketua departemen Biokimia Molekuler dan Seluler Universitas Kentucky, mengatakan kepada Sun bahwa Nipah mutlak menjadi penyebab pandemi baru.

Baca Juga: Tak Terima Nissa Sabyan Miliki Banyak Fans Cowok, Ayus Jujur ke Tukul Arwana: Saya Lihat Banyak Cewek

“Nipah adalah salah satu virus yang secara mutlak dapat menjadi penyebab pandemi baru," katanya yang dikutip dari Express oleh PikiranRakyat-Pangandaran.com.

"Beberapa hal tentang Nipah sangat memprihatinkan," lanjutnya.

“Banyak virus lain dalam keluarga itu menular dengan baik di antara manusia, sehingga dikhawatirkan varian Nipah dengan peningkatan penularan bisa muncul," tuturnya.

Baca Juga: 30 Peringkat Reputasi Brand Idola K-Pop Februari 2021: Jimin Berjaya, V BTS Disalip Cha Eun Wo

“Tingkat kematian untuk virus ini antara 45 persen dan 75 persen tergantung pada wabahnya jadi ini jauh lebih tinggi daripada Covid-19," tambahnya lagi.

Nipah telah terbukti menyebar melalui makanan, serta melalui kontak dengan kotoran manusia atau hewan.

"Masa inkubasi Nipah bisa sangat lama, dan tidak jelas apakah penularan bisa terjadi selama ini," jelasnya.

Baca Juga: Keluarga Vicky Prasetyo Blak-blakkan Alasan Batal Menikahi Kalina: Bukan Nikah Siri, jadi Harus Ada...

Dr Jonathan Epstein, wakil presiden untuk sains dan penjangkauan di EcoHealth Alliance, menambahkan bahwa pihaknya mengetahui sangat sedikit variasi dari virus Nipah pada kelelawar.

“Kami tahu sangat sedikit tentang variasi genetik dari virus terkait Nipah pada kelelawar, dan apa yang kami tidak ingin terjadi adalah munculnya galur itu lebih menular di antara orang-orang," katanya.

“Sejauh ini, Nipah menyebar di antara kontak dekat dengan orang yang terinfeksi, terutama seseorang dengan penyakit pernapasan melalui droplet, dan kami umumnya tidak melihat rantai penularan yang besar," tambahnya.

Baca Juga: Bansos BST Rp300 Ribu Cair? Ambil Sekarang di Kantor Pos dengan Cara Berikut

“Namun, jika diberi cukup kesempatan untuk menyebar dari kelelawar ke manusia, dan di antara manusia, strain bisa muncul yang lebih baik beradaptasi untuk menyebar di antara manusia," katanya.

"Ini adalah virus zoonosis yang mengetuk pintu, dan kami harus benar-benar bekerja sekarang untuk memahami di mana kasus manusia terjadi, dan mencoba untuk mengurangi peluang penyebaran, sehingga tidak pernah mendapat kesempatan untuk beradaptasi dengan manusia," jelasnya.

Dr Melanie Saville, direktur penelitian dan pengembangan vaksin di Koalisi untuk Inovasi Kesiapsiagaan Epidemi (CEPI), memperingatkan bahwa dunia perlu bersiap untuk 'yang besar' berikutnya.

Baca Juga: Lagu 'Gethuk' Disebut Ciptaan Didi Kempot, Anak Legend Manthous Protes: Kayak Musisi Jawa Dikit Aja!

Virus Nipah telah ditandai oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam daftar patogen yang membutuhkan penelitian dan pengembangan segera.

Kelelawar buah adalah inang alami virus. Ini dapat ditularkan ke manusia dari hewan seperti kelelawar atau babi, atau makanan yang terkontaminasi.

Virus Nipah yang diperkirakan memiliki angka kematian 40 persen hingga 75 persen juga bisa menular langsung antar manusia.

Baca Juga: 2 Orang Indonesia yang Mengaku Bunuh Pria Aceh dan Minum Darahnya Ternyata Bikin Video Ancaman

Telah terjadi sejumlah wabah virus mematikan tersebut, yang pertama kali teridentifikasi di Malaysia pada tahun 1999, di Asia.

Penyakit tersebut bisa menyebabkan gangguan pernafasan dan pembengkakan pada otak. Saat ini tidak ada pengobatan atau vaksin yang tersedia.***

Editor: Imas Solihah

Sumber: Express


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x