Dipecat Militer Korsel karena Dianggap Cacat, Mantan Tentara Transgender Ditemukan Meninggal

- 4 Maret 2021, 20:55 WIB
Prajurit transgender Korea Selatan Byun Hee-soo, yang ditemukan tewas, mengimbau secara terbuka untuk tetap menjadi tentara selama konferensi pers di Seoul pada Januari 2020.
Prajurit transgender Korea Selatan Byun Hee-soo, yang ditemukan tewas, mengimbau secara terbuka untuk tetap menjadi tentara selama konferensi pers di Seoul pada Januari 2020. /Yonhap via The Guardian/

PR PANGANDARAN - Seorang mantan tentara transgender ditemukan meninggal di rumahnya setelah dirinya dipecat militer Korsel (Korea Selatan) karena dianggap cacat.

Mantan tentara trangender yang ditemukan meninggal dunia itu bernama Byun Hee Soo. Ia ditemukan dalam keadaan tidak bernyawa setelah pemadam kebakaran memeriksa ke rumahnya di Cheongju, Seoul pada Rabu, 3 Maret 2021.

Byun Hee Soo, mantan tentara trangender yang ditemukan meninggal dunia tersebut sebelumnya dipecat dari militer meskipun ia ingin tetap bertugas di sana.

Baca Juga: Gara-gara Tak Sengaja Telan Remote TV, Bayi 17 Bulan Tewas dengan Tenggorokan Berlubang

Dilansir dari laman The Guardian, Kementerian Pertahanan Korsel mengklasifikasikan hilangnya alat kelamin laki-laki sebagai cacat mental atau fisik. Panel militer pun memutuskan bahwa Byun wajib diberhentikan pada awal 2020.

Meskipun sebab kematiannya masih diselidiki polisi, klinik perawatan kesehatan mental setempat mengatakan Byun mencoba bunuh diri tiga bulan lalu.

Byun Hee Soo merupakan mantan sersan staf, mendaftar secara sukarela pada 2017 dan kemudian menjalani operasi pergantian gender pada 2019 di Thailand.

Baca Juga: Pamer di TikTok demi Disebut Istri Pejabat, Ibu Ini Habiskan Rp1,5 Juta Beli Plat Nomor Palsu

Korea Selatan melarang transgender untuk bergabung dengan militer, dan Byun adalah tentara aktif pertama yang menjalani operasi penggantian kelamin.

Dia mengumumkan kepada publik ketika militer membebaskannya tahun lalu setelah menjalani operasi di Thailand, dan melancarkan gugatan terhadap pejabat senior.

Byun pada saat itu, sambil menangis saat menjelaskan keputusannya untuk menjalani operasi dan permaSAlahannya dengan militer.

Baca Juga: Gara-gara Tak Sengaja Telan Remote TV, Bayi 17 Bulan Tewas dengan Tenggorokan Berlubang

"Saya ingin menunjukkan kepada semua orang bahwa saya juga bisa menjadi salah satu tentara hebat yang melindungi negara ini," ujarnya.

Komentar awal militer bahwa pihaknya tidak dalam posisi untuk mengatakan apa pun terkait "berita kematian seorang warga sipil" menuai kritik tajam di media sosial. Pada hari Kamis seorang juru bicara menyampaikan belasungkawa resmi, menyebut kematian Byun "disayangkan."

Byun sebelumnya telah melepaskan anonimitasnya untuk tampil di konferensi pers pada saat itu untuk memohon agar diizinkan untuk melayani, mengenakan seragamnya dan memberi hormat kepada wartawan dan kamera yang berkumpul.

Baca Juga: Cek Fakta: Pemilik e-KTP Dikabarkan Bakal Terima Bansos Rp600 Ribu, Simak Faktanya

“Saya adalah seorang tentara Republik Korea,” katanya, suaranya pecah. Ia pun mengatakan jika bertugas di militer selalu menjadi impian masa kecilnya.

“Mengesampingkan identitas seksual saya, saya ingin menunjukkan kepada semua orang bahwa saya bisa menjadi salah satu tentara hebat yang membela negara ini,” lanjutnya, "Tolong beri saya kesempatan itu."

Korea Selatan tetap sangat konservatif tentang masalah identitas seksual dan gender dan kurang toleran terhadap hak LGBT + dibandingkan beberapa bagian lain di Asia, dengan banyak gay dan transgender Korea yang sebagian besar hidup di bawah radar.

Baca Juga: Berbeda dengan Nasib Malang Dayana, Denny Darko Jelaskan Alasan Fiki Naki Selamat dari Netizen

Korea Selatan memiliki pasukan wajib militer untuk mempertahankan diri melawan Korea Utara memiliki senjata nuklir, dengan semua warga negara laki-laki yang sehat diwajibkan untuk mengabdi selama hampir dua tahun.

Kelompok hak asasi internasional telah menyatakan keprihatinan tentang cara negara tersebut memperlakukan tentara gay, yang dilarang terlibat dalam tindakan sesama jenis dan dapat menghadapi hukuman dua tahun penjara jika tertangkap - meskipun tindakan tersebut legal dalam kehidupan sipil.

Menurut Rainbow Action Against Sexual-Minority Discrimination of Korea, sebuah asosiasi payung dari kelompok 40 kelompok minoritas seksual mengatakan bahwa kepergian Byun semakin menunjukkan konservatisme negara ginseng tersebut.

Baca Juga: Bocah 4 Tahun Menjerit Keras, Dianiaya sang Kakek sambil Telanjang

"Kepulangan Byun semakin bergema dengan publik karena militer dan masyarakat ini menolak untuk mengakui perubahan tersebut," ujarnya.

Meskipun ia taknsepenuhnya di masyarakat dan lembaga militer yang memecatnya. Bagi lembaha ini, keberanian Byun untuk maju telah menginspirasi dan memberdayakan orang lain.***

Editor: Ayunda Lintang Pratiwi

Sumber: Guardian


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah