Sempat Dilarang, Kini Pemerintah Swiss Hanya Izinkan Muslim Pakai Cadar di Tempat Ibadah

- 8 Maret 2021, 08:10 WIB
Ilustrasi Wanita Bercadar
Ilustrasi Wanita Bercadar /Arahkata.com

PR PANGANDARAN - Satu dekade telah dilewati setelah pemungutan suara nasional lain yang melarang pembangunan minaret (menara untuk kumandangkan adzan atau menara masjid), Swiss akan memperkenalkan klausul dalam konstitusinya untuk melarang penutup wajah, termasuk pakai cadar,burka dan niqab, di ruang publik.

Dengan melakukan itu, maka Swiss akan bergabung dengan lima negara Eropa lainnya, termasuk tetangganya Prancis dan Austria, yang telah melarang pakaian semacam pakai cadar itu di depan umum.

Meski melarang pakai cadar begitu, tetap ada pengecualian hukum yang mencakup penutup wajah karena alasan keamanan, iklim, atau kesehatan. Artinya, masker pelindung yang dikenakan terhadap Covid-19 dapat diterima.

Baca Juga: Sang Adik Diselingkuhi Kaesang, Ini Tanggapan Kakak Felicia Tissue Lengkap dalam Terjemahan Bahasa Indonesia

Namun, untuk Niqab dan cadar masih akan diberikan izin untuk digunakan di tempat-tempat ibadah.

Hasil akhir pada hari Minggu, 7 Maret 2021 menunjukkan hanya enam dari 26 kanton negara (pembagian wilayah suatu negara) yang menolak inisiatif tersebut.

Penolakan inisiatif itu juga diluncurkan oleh komite sayap kanan Egerkinger, kelompok yang sama yang berada di belakang pemungutan suara menara masjid pada tahun 2009.

Jumlah pemilih lebih dari 50%, sedikit di atas rata-rata. Ini adalah yang ke-23 kalinya dalam 130 tahun inisiatif rakyat diterima, dan pertama kalinya sejak 2014.

Baca Juga: Tak Bermaksud Serang Keluarga Besar Jokowi, Ibunda Felicia Tissue: Kaesang Satu Bulan Lebih Tutup Akses

Warga Swiss telah memberikan suara pada total 219 inisiatif semacam itu, diluncurkan dengan mengumpulkan 100.000 tanda tangan selama perjalanan sejarah modern negara itu.

Ini juga menandai pukulan bagi pemerintah dan parlemen yang telah menentang larangan tersebut dengan alasan bahwa itu tidak perlu.

Dengan alasan pemerintah yang menyebutkan karena jumlah pemakai cadar yang rendah di negara itu, dan karena 26 kanton dapat membuat undang-undang tentang masalah tersebut masing-masing.

Pada hari Minggu, 7 Maret 2021 Menteri Kehakiman Karin Keller-Sutter mengulangi bahwa hanya sebagian kecil (diperkirakan beberapa lusin) dari 400.000 Muslim di Swiss yang mengenakan kerudung seperti itu. 

Baca Juga: Keluarga Jokowi Tak Beri Respon Apapun saat Felicia Berkali-kali Tanyakan Keberadaan Kaesang

Dia juga menyambut baik fakta bahwa berbagai suara Muslim telah mengambil bagian dalam kampanye tersebut - termasuk mendukung larangan tersebut.

Karena itu, Keller-Sutter mengatakan dia tidak melihat hasil tersebut sebagai upaya "suara melawan Muslim".

Walter Wobmann dari Partai Rakyat Swiss sayap kanan, yang memimpin kampanye "ya", menyambut baik hasil tersebut dan mengatakan itu bukan sekadar simbolisme, seperti yang dituduhkan oleh beberapa penentang.

“Penutup wajah bertentangan dengan sistem nilai kami,” kata Wobmann kepada televisi publik Swiss, SRF yang dikutip PikiranRakyat-Pangandaran.com dari situs Swissinfo pada Senin, 8 Maret 2021.

Dia mengatakan sekarang ada aturan yang jelas sehingga "orang tahu bahwa di negara kita, Anda (harus) menunjukkan wajah Anda di depan umum."

Baca Juga: Diduga Kaesang Pangarep, Kronologi Nadya Arifta Bertemu ‘Mas Hadiah’ dari Imajinasi hingga Tunggu Berjodoh

Rekan sesama partai Wobmann, Jean-Luc Addor, mengatakan inisiatif itu berhasil karena berhasil membangun dukungan di luar kubu sayap kanan.

Ia memuji keterlibatan feminis sayap kiri dan Muslim progresif, beberapa di antaranya juga mendukung larangan tersebut.

Addor mengatakan bahwa “beberapa Muslim juga memahami bahwa cadar adalah simbol yang jelas dari Islam radikal” yang tidak hanya mewakili tantangan bagi “peradaban kita” tetapi juga bagi Muslim sendiri.

Saida Keller-Messahli, pendiri Forum untuk Islam Progresif dan pendukung utama larangan tersebut, mengatakan bahwa hasil tersebut adalah penolakan terhadap "ideologi totaliter yang tidak memiliki tempat dalam demokrasi". Dia menambahkan bahwa dia pikir hasilnya akan "dipahami" di luar negeri.

Baca Juga: Sang Adik Diselingkuhi Kaesang, Ini Tanggapan Kakak Felicia Tissue Lengkap dalam Terjemahan Bahasa Indonesia

Namun, umat muslim dan kelompok muslim lainnya tidak begitu optimis. Dewan Pusat Islam Swiss (ICCS) mengatakan itu adalah "kekecewaan besar bagi semua Muslim yang lahir dan besar di Swiss". 

Ferah Ulucay, sekretaris jenderal ICCS, mengatakan pemungutan suara itu "telah berhasil menancapkan Islamofobia yang tersebar luas dalam konstitusi di Swiss."

Untuk Pascal Gemperli dari Federasi Organisasi Islam di Swiss, pemungutan suara tersebut “menargetkan komunitas tertentu, seperti halnya dengan menara [pada 2009]."

Gemperli mengatakan tidak jelas apa yang akan terjadi selanjutnya, tetapi dia khawatir dengan keamanan umat Islam di negara itu.

Halaman:

Editor: Khairunnisa Fauzatul A

Sumber: Swiss Info


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x